Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here

Jumat, 05 Agustus 2022

Lepas Hijab, Patah hati dan Circle Pergaulan

Bismillah...

Assalamualaikum... 


Hanya selembar kain tapi bernilai marwah diri dan agama, terlihat sepele tapi bisa merubah banyak hal. Itulah hijab, jilbab muslimah atau apalah itu disebutnya... 

Dibalik fakta bahwa setiap perempuan berhijab itu memakai hijab karena dia beragama Islam dan ini merupakan perintah agama yang tertuang dalam kitab suci, sebenarnya masing-masing memiliki keputusan memakai hijab dengan alasan dan latar belakang yang berebeda-beda. 

Ada niat, story dan history yang berbeda-beda dan itu bisa jadi takaran dari seberapa kuat upaya dia dalam beristiqomah. Kenapa begitu?

Karena ada yang berhijab karena : di suruh orang tua / kerabat, sekedar mengikuti lingkungan dan tren, demi mendapatkan sesuatu atau dengan tujuan tertentu, tapi ada juga yang pure Lilahi Ta'ala. 

Apakah ada yang salah? Sebenarnya nggak ada yang berhak menjudge ini benar atau salah, bahkan bisa dibilang apapun latar belakangnya semua tetap sama, yaitu awal yang baik. 

Cuma... kalau niat yang baik tidak diiringi dengan ilmu yang mengikat, maka takut hasilnya akan berbeda dari ekspektasi umum. Alasan awal berhijab ini pula yang bisa menjadi sebab musabab kenapa sebuah niat bisa cepat berubah bahkan hilang. 

Kasus Lepas Hijab... 

Banyak kan? Mungkin di kalangan kita juga banyak, bahkan di kalangan public figure atau selebriti pun sering menimbulkan huru-hara dan pro kontra. 

Disayangkan pastinya. 

- Lepas Hijab Setelah Cerai 

Kalau kita lihat contoh dari seleb, yang paling umum adalah setelah mereka mendapatkan ujian, khususnya dalam berumah tangga, banyak yang setelah bercerai, mereka buka hijab. 

Relasinya apa ya? 

Apa karena mereka memakai hijab karena di suruh suaminya, sehingga setelah mereka bercerai si perempuan merasa tak perlu lagi pakai hijabnya? 

Atau karena kecewa sama Allah? (Naudzubillah) Mungkin dia berpikir kenapa ia harus mengalami hal yang tentu saja merupakan ujian yang berat. Hal indah seperti pernikahan ternyata hanya berakhir hancur. 

Sampai ada yang bilang 'Bermasalahnya dengan manusia, kenapa Allah yang disalahkan?'

Sebelum nikahpun setelah baligh kita udah ada kewajiban untuk berhijab, justru malah salah jika banyak orang berstatement 'aku akan berhijab setelah nikah'. Ya bener, lebih baik terlambat daripada nggak sama sekali, kalau kita berhijab setelah menikah, kita bisa menyelamatkan suami kita dari tanggung jawabnya di hadapan Allah saat di akhirat kelak. Tapi sebelum menikah, tanggung jawab itu ada pada ayahmu, jadi sebenarnya nggak ada alasan dan nggak ada relasinya memakai atau tidak memakai hijab dengan menikah atau belum, dengan pernikahan baik ataupun buruk.   


- Lepas Hijab karena belum yakin 

Pernah saya lihat salah satu selebgram yang melepas hijab dan di cecar pertanyaan oleh netizen, salah satunya "Pindah keyakinan ya?" kemudian dia jawab "Iya, saya memang pindah keyakinan, yaitu dulu yakin menggunakan hijab tapi sekarang nggak. Tapi saya masih waras mempertahankan iman yang hanya saya dan Tuhan tahu."

Ya simple sih, itu yang namanya GAGAL ISTIQOMAH. 

Antara paham itu benar tapi nggak mau aja ngelakuinnya karena sedang asyik dengan kehidupan lain yang nggak sinkron dengan keagamaan. Atau memang motivasinya awalnya salah, ilmunya nggak sepenuhnya ngerti sehingga pas motivasinya meluntur ya udah malas juga mempertahankan.

Misal motivasi ngikuti tren, ngikuti temen, karena disuruh atau karena naksir anak pak ustadz. Yang kayak gini kemungkinan lepas lagi banyak sihhh

Gagal istiqomah ini. Hal yang aku paling takutkan, bahkan ya aku pernah juga sih sedikit banyak mengalami. Misal dulu sanggup baca Qur'an 1 juz 1 hari, sekarang banyak alasan.

Setiap mendengar kata 'gagal istiqomah' aku teringat kalimat "Allah, safe me from myself"

Kalau kitanya masih di amanahin hidayah sama Allah, mau dilingkungan atau keadaan apapun ya prinsip nggak akan berubah, kelakuan dan kebiasaan pun nggak bakal gampang dipengaruhi. Jadi pertama kali kita harus menyelamatkan diri kita dari diri kita sendiri yang labil ini.

Gagal istiqomah ini menurutku ada tarafnya. Gagal istiqomah ini kan istilahnya 'kemunduran' ya. Namanya hijrah itu kan baru start awal, kemudian melakukan ketaatan lain itu berarti mulai jalan pelan-pelan menuju GOAL. Tapi kalau berhenti, berbalik arah atau meninggalkan suatu ketaatan ya mundur lagi tuh langkahnya. 

Menurutku juga, gagal istiqomah yang ringan ada yang berat. Yang ringan mungkin dia dalam tahap futur, masa melempem kayak orang keberatan dosa tapi beberapa masa dia kembali semangat ibadah lagi. Yang berat, ya dia meninggalkan dan melepaskan hijrahnya itu.  

Ini semua nggak lepas dari pengaruh besar LINGKUNGAN sih menurutku. Kalau kamu kumpul dengan orang sholeh, ya ke recharge terus imanmu, keyakinanmu makin kuat. Kalau kamu hijrah tapi kamu kumpulnya sama yang haha hihi. Surga Neraka yang kamu pelajari dengan keringat dingin dulupun ya mudah juga teralihkan. 

***

Memang sebelum berhijab alangkah baiknya berilmu dulu. Kalau sudah punya niat berhijab, coba cari dulu ilmunya kenapa Allah memerintahkan kita, apa manfaatnya, dll supaya kita mantap dan selalu ingat dengan ilmu ini sehingga apapun yang terjadi, hijab nggak lagi jadi tumbal tapi dia selalu jadi perisai yang harus dibawa di medan perang bernama dunia. 

Karena kalau nggak paham apa pengaruhnya menutup aurat bagi diri kita sendiri, kita jadi nggak ada beban untuk nggak menutup aurat. Dan semuanya itu jatuhnya hanya tentang pilihan masing-masing, karena Allah juga membebaskankan kita memilih jalan yang mana beserta resiko yang kita tanggung kelak. 

Sedangkan kalau kita tahu fungsi hijab itu agar kecantikan kita nggak menggoda banyak mata, melindungi diri kita dari mata-mata nakal, simbol kehormatan perempuan, bahkan melindungi ayah dan suami kita bahkan anak dan saudara laki-laki kita di akhirat. Kamu pasti jatuh cinta dengan hijab sampai kapanpun. InsyaAllah.  

***

Jangan permainkan hijab ya... jangan pakai dia untuk menodai imej perempuan berhijab lainnya yang menggunakannya dengan ilmu atau untuk menciptakan imej palsu demi menarik perhatian orang lain. 

Pakailah karena tujuan agama dan Allah semata. 


Wassalam








Read More

Antara Public Figure, Haters, Sanjungan dan Hujatan

Assalamualaikum...

Bismillah...

Kalian ngerasa nggak sih beban pikiran kita lumayan bertambah sejak jaman semakin maju dan teknologi semakin canggih? 

Kayaknya semuaaaaa gitu bisa kita pantengin dan bisa kita cari tahu hanya dari benda kecil bernama smartphone. Perkembangan dunia entertainment, bisnis dll juga berkembang pesat disini, semua terasa sangat mudah tapi juga semua masalah juga banyak yang berasal dari sini.

Jaman dulu, kalau kita mau lihat artis favorit kita cuma bisa lewat TV atau majalah. Ngelihat berita negara maupun dunia juga cuma bisa dari TV, Radio atau surat kabar. Nggak suka dengan apa yang tersaji ya cuma bisa ngedumel-ngedumel sendiri. Benci sama artis ataupun berita ya cuma bisa ganti channel sambil nggerundel, "Ih Jijay!" Atau paling nggak ya ngegibah sama tetangga atau teman di kanan kiri aja "Eh, tahu nggak sih artis X, mau cerai, emang lah tuh mukanya emang playboy." 

Thats all... kegabutan jaman old.

Sebagian kita nggak tahu cara reach out sang public figure dan hanya mengagumi maupun membenci dari jauh. Kalaupun ada fans terniat, mereka adalah yang tergabung dalam sebuah fans club yang rela mengirimkan kado dan surat pada alamat yang mungkin bisa di ketahui, tanpa tahu apakah kado dan surat itu bakal di pake dan di baca sama di artis pokoknya mah cinta.

Jadi public figure atau seleb atau artis kemungkinannya dari dulu ya itu itu aja. Punya fans dan haters. 

Sudah hal wajar ya, karena sekelas manusia paling mulia yang nggak punya aib seperti Nabi Muhammad SAW aja ada pembencinya, apalagi manusia akhir jaman seperti sekarang yang kelakuannya ya khas akhir jaman ya. Serba kadang-kadang. 

Perkara dunia perseleban memang terkadang terkesan berlebihan. Entah itu di dalam atau luar negeri, sekarang yang ngefans keblinger yang ngehate nggak kalah edan juga. 

Cuma semua itu makin menjadi-jadi setelah teknologi berkembang pesat dan semuanya bisa di akses seperti sekarang. 

Mengakses kehidupan orang lain dan menyebarkan informasi tentang kehidupan kita tinggal modal jari (dan kuota) jadi menelan jutaan omongan orang yang antah-berantah udah bisa sekali lirik dan jadi makanan sehari-hari   

Hanya dengan melihat dalam layar hengpon kentang maupun hengpon sultan, orang kadang merasa  sudah mengetahui isi dunia ini dan merasa mempunyai hak untuk melakukan segalanya bahkan tidak banyak batasan untuk berkata apapun. 

Banyak orang mendadak seperti juri kehidupan, menilai begini begitu. Menjudge begini begitu. Sebenarnya hal seperti itu bisa wajar juga, karena kadang orang yang meng-share atau memposting pun kurang pertimbangan tentang dampak apa yang akan terjadi jika dia membagikan postingan yang mungkin bisa dilihat oleh berbagai kalangan. 

Sebenernya manusiawi sih kita nggak suka sama orang. Hak masing-masing dan sah-sah aja entah itu dengan alasan yang rasional atau nggak. Misal nggak suka karena dia terlalu tamvan. wkwk

Akupun sama, karena aku tipe manusia seperti ini maka biasanya aku nggak suka manusia yang begitu, maka ada aja perasaan perasaan seperti : ingin menasehati bahkan pingin ngegas. Kalau perasaan ingin menghina? Jujur ada, karena aku manusia biasa yang hatinya masih ada unsur darknya, walau begitu diusahakan dalam batin saja lalu cepat-cepat beristighfar.  

Berikut poin-poin yang kita temukan di postingan public figure kecuali iklan pelangsing dan iklan netflix :


1. Di marahi karena pakaian seksi atau pose mesra

Ini sering ya... dan apa jawaban mereka "Ini akun saya, my account my rule, nggak suka tinggal unfollow." 

Bener nggak? Ya bener sih, nggak suka sama postingan dan gaya orang ya nggak usah follow, ngapain kita capek-capek lihat postingan yang bikin kita eneg terus merong-merong? 

Cuma... kalau mau lihat sisi lain maksud dari netizen yang mengomentari hal ini, mungkin saja si neti emang nggak follow, tapi nemuin postingan si artis dari explore IG ataupun nggak sengaja lihat berita lalu mampir saking tercengangnya lihat foto itu. Karena nggak harus follow untuk KELIHAT postingan orang. (apalagi berita sekarang mah tinggal comat comot postingan akun artis), lalu ia meninggalkan komentar itu untuk menyadarkan si artis bahwa apa yang dia posting itu nggak baik dan mungkin menimbulkan dampak misal : dilihat anak kecil, ditiru anak umur nanggung (abege setengah jadi), laki-laki yang pikirannya jorok. 

Mungkin dia adalah seorang ibu atau istri yang membayangkan bagaimana kalau anak dan suaminya melihat hal tersebut. 

2. Mampir cuma mau ngomentari fisik

Menurut stereotype umum, orang itu kan jadi artis karena cakep, tapi banyak juga kan yang jadi artis bukan karena tampangnya? Mungkin dia ada bakat lain entah akting, komedi, entah movement atau karyanya yang booming dan dia jadi influencer terkenal, dll

Dan banyak yang mukanya ya biasa aja gitu standar rakyat biasa kayak aku, bukan orang-orang glow up atau keturunan bibit unggul di bidang muka ya istilahnya -_-

Tapi kok ya masih pada primitif ngomentarin fisik orang? Emangnya mukanya yang berkarya? Mukanya yang ngeluarin ide brilian? Cantik ganteng 'NO karya' juga paling kalian nyinyirin juga. 


3. Jadi kompor masalah pribadi 

Ga munafik sih, karena aku juga main sosmed, mau ga mau jadi tahu sedikit banyak soal permasalahan penting dan ga penting yang bersliweran di sosmed termasuk masalah pribadi artis yg selalu jd bahan segar media infotainmet dan netizen sang komentator handal dimana aku juga terperosok kebodohan  kadang gatal pingin komentar.

Meski kita berdalih ada kesempatan maupun hak berargumen karena si publik figure membuat postingan dan konten, kemudian kolom komentar tersedia terpampang nyata, tapi kalau saja semua netizen cukup pintar dan bijak untuk tidak memperpanas keadaan dengan saling berargumen mana yang benar dan mana yang salah, lalu membicarakan si pemilik postingan di postingannya sendiri sehingga terbaca hal-hal yang diucapkan gamblang, vulgar bahkan  julid nyinyir jahat level 100, sehingga  manusiawi tersulut emosinya, bahkan ketika ada beberapa orang di dalamnya maka akan memicu saling klarifikasi dan saling menuding, lalu rusaklah hubungan mereka. Kuamati banyak loh hubungan teman, hubungan keluarga bisa hancur gara-gara hasutan netizen. 

Bisa bayangin gak sih betapa setannya para komentator dan netizen? Karena dalam Islam pun disebut, setan itu berupa jin dan manusia, bukan hanya yang ghoib. Tapi manusia menyebabkan ke mudhorotan itu ya setan juga sebenarnya. 

Padahal selama permasalahan itu tidak terlalu merugikan publik sebenarnya keributan macam itu  mudah teredam dan tenggelam sendiri. Netizen nggak perlu repot-repot mikirin masalah orang lain mendadak berdandan ala mediator paling handal. 

Sebenernya aku itu udah punya rem dalam diri untuk nggak terlalu mengkonklusikan orang hitam putih, kalaupun gatal ingin komentar hindari kata-kata yang judgemental atau menghakimi. Ya aku sendiri pernah keperosok ya hehe... gara-gara saking nyebelinnya dan saking seringnya lewat beranda, kesel juga dan akhirnya jari tak kuasa menahan ketikan lalu sedikit ngegas. Meski sebenernya aku lebih sering ngegasin komen netizen yang sok keras sih. 

Tapi lambat laun aku tersadar bahwa aku bisa menyesali kata-kataku ketika orang itu berhasil memperbaiki dirinya. Meskipun ada kemungkinan tipis dia akhirnya tersadar karena hujatan dan kritikan tajam, mending kita nasehatinya dengan cara yang baik karena aku sendiri merasakan kalau kalimat itu sungguh tajam. Kamu di hina satu orang aja kepikirannya bisa berhari-hari, sakitnya bahkan bisa keinget selamanya. Apalagi kalau di keroyok. 

Nasehati itu boleeeehhh banget sih menurut aku. Tapi dalam Islam etikanya adalah face to face, karena kalau nasehati di depan orang banyak itu berarti mempermalukan. Wicis mengekritik orang dengan konten tiktok, IG atau di kolom komentar kan juga melahirkan ghibahan lebih banyak lagi. Caranya ya DM aja lah... kalau mau banget datangin rumahnya duduk berdua menasehatin dan dianya mau ya monggo juga. 

***

Tapi kalau sekalinya di sanjung-sanjung... 

Udah, the champion banget dah. Mau apapun alasan kamu di sanjung, ntah karena sekedar viral karena ke good lookingan atau eksistensi yang menarik publik entah konotasi baik atau buruk, kamu bakal dapet rejeki nomplok. 

Intinya, cari perhatian yang banyak publik = uang. Di jaman sekarang. 

Dunia keartisan atau public figure sudah nggak sesusah jaman dulu yang harus mulai dari figuran dulu, audisi muter kesana kemari, jadi cover majalah, harus punya suara bagus, akting bagus atau skill ke artisan lainnya. Jadinya sekarang banyak sajian yang makin awur-awuran di media kita. Lihat saja acara TV nya, banyak tamu undangan yang yaaa....

Tapi bukannya nyinyir atau iri. Akui saja kalau kenyataannya jaman sekarang itu pokoknya viral entah perkara skill maupun kontroversi yang buruk, selama kamu bisa menarik atensi banyak publik. Semua brand menghampirimu... nggak peduli imejmu, nggak peduli jalan tenarmu, yang penting sosmedmu dilihat banyak orang, beritamu menarik komentar orang entah itu baik buruk. THAT's ALL

Beda banget sama dunia keartisan Korea dan Jepang. Dimana kalau artis kedapatan ada kasus dikit  aja, mereka pasti hengkang, dan bisa bertahun-tahun, kalaupun balik tak bisa bersinar lagi bahkan banyak yang hilang selamanya. 

Di Indonesia. Kalau kontroversi dan kasusmu menarik banyak orang, kalian akan mendapatkan keuntungan banyak juga. Di undang TV, Youtuber bahkan digandeng brand-brand. Wow! Luar biasa !

Masalah benar atau salahnya hal diatas, tergantung kamu mau sudut pandang seperti apa. Kalau secara negara ya mungkin sah-sah aja, cuma kalau terlalu pamer harta ati-ati diincer pajak wkwk. Kalau mau sudut agama ya tanya pada ustadz. 

Tapi sebaliknya, kalau aku boleh saran juga sama public figure yang nggak mungkin banget baca blog ini... 

Namanya PUBLIC FIGURE dimana artinya itu figur masyarakat. Kalian sudah tahu dong pekerjaan kalian ini berkaitan erat dan tak bisa dipisahkan dengan perkara hal-hal yang PASTI bakalan dilihat, ditonton dan berpotensi ditiru, dicontoh dan menginspirasi jutaan mata orang. 

PLEASE BANGET... Bijaklah sebelum membuat sesuatu yang kalian labeli karya atau konten ini. Apa dampak baik buruknya bagi orang lain. Udah pada dewasa tahu dong mana yang baik dan buruk. 

Kalaupun kalian punya keburukan ya sama aku juga punya banyak, tapi nggak perlu hal itu yang sengaja dijadi kan bahan dibungkus jadi tontonan yang berpotensi ditiru atau disebarluaskan , kesannya mengharapkan pengakuan dan normalisasi atas hal-hal negatif, dan aku merasa banyak yang berhasil!

Berkedok APA ADANYA. Gak bisa gitu sih. 

Kalian bertanggung jawab sama apa yang kalian sajikan ke masyarakat ato netizen. 

Tapi kalau nggak tahu konsepnya dosa jariyah. Ya sudah, kita tidak sefrekuensi. Dan end game.

Karena kalau di Islam (bawa bawa agama terus karena emang agamaku Islam ya...) 

Ada orang-orang yang berbuat buruk terinspirasi karena dirimu maka kamu bisa menanggung dosa mereka juga. Jutaan orang meniru kelakuanmu yang buruk ya kamu dapet juga dosanya kayak bisnis MLM gitu dehh... Kalau nggak percaya hal demikian ya do what you like, up to you alias sakarepmu..

***

Sekian... mohon maaf kalau ada yang tidak nyaman di baca. Semoga ada manfaatnya, kalau tidak ada manfaatnya maafkan lagi karena sudah membuang waktu anda membaca sampai sini. 

Wassalam !






Read More

Minggu, 27 Maret 2022

Kadrun, Panggilan yang Muncul Ketika Pembenci Islam Sudah Punya Panggung

Bismillah... 

Ngerasa banget, beberapa tahun ini di Indonesia, muslim di hantam dari segala sisi, kebenaran di redam dengan kekuasaan, pembelaan dianggap perlawanan, satu persatu digiring pelan-pelan, dibuatkan skenario agar apa yang berkaitan dengan hal benar di Islam di stigmakan sebagai sebuah langkah inteloran dan pemberontakan.

Ada yang berusaha meredupkan cahaya Islam....

Muslim yang menonjolkan jati diri dan prinsip agama dalam kehidupannya dianggap macam-macam dan dapat julukan yang beraneka ragam pula... 

Kadrun yang paling populer... Lainnya? Ada fanatik, radikal, onta, ekstrim, pembawa bom, teroris dll 

.

"Yang kita lawan bukan agamanya kok... tapi oknumnya..." 

Nye nye nye nye....Ada yang ngeles begitu tapi...

Hmm... I am not sure....

Banyak contohnya, dimana jelas-jelas yang kalian serang itu dalil dan ajaran agamanya, bukan orangnya.

Kadrun.. Kadal Gurun... Onta... identik dengan Arab, dan Arab identik dengan Islam khaaannn? Karena Nabinya orang Arab.

Buktinya kalau kita pada protes tentang kebijakan di negara ini kalian suruh kita pindah ke Arab...

Mau banget aku mah kalo bisa pindah ke Arab, bukan karena pemerintah Arab atau orang Arabnya, tapi biar lebih dekat dengan tempat bersejarah nan teristimewa bagi umat muslim.... 

.

Pun kalau mendengar orang-orang saling memanggil sebutan akhi, ukhti, ana, antum...pada gerah kepanasan, mendidih ubun-ubunnya kayak habis dirukyah.  

Jangan jadi Arab katanya.

.

Apa kabar yang disana masih dipanggil koko, cici, tacik?

Berani kah bilang jangan jadi China?

.

Ya memang semua ada hattersnya termasuk Islam. Tapi kerasa banget loh Islam ini yang diserang ajarannya, itu yang aku ga terima pingin merong merong meronta sayyyy

Ini bukan menuding yang seperti itu non muslim aja ya... yang muslim tapi nggak suka sama ajaran agamanya juga banyak kok... Muslim tebang pilih. Muslim karena dilahirkan muslim, muslim karena berKTP muslim dan mereka 'have no idea about any other religion' , muslim yang sebenarnya gaterima terlahir muslim tapi bingung juga kalau pindah agama, jadi ya tenteng aja deh status Islamnya daripada dibully sebagai atheis dan agnostik kan? 

Nenteng status 'beragama Islam' tapi paling semangat hate comment ke Islam terus. Ngikik... Kayak kamu punya jabatan tapi kamu juga ngolok-ngolok jabatanmu sendiri, misal kamu kerja sebagai komisaris "Komisaris seperti saya itu biasanya sih orang-orang munafik, suka banget bohongin sesamanya dan gampang memanipulasi data. Gajinya gede karena manfaatin orang aja sih" wkwkwkwk kocak!

Paling yang bikin mereka keliat Islam ya pas lebaran beli baju baru, makan ketupat mau banget, apalagi THRnya. Tapi diberitahu soal peraturan di agamanya.  yang menyebarkan ajaran agamanya, keberatan, buang muka dan mencibir. 

Tapi kalo kesakitan kukunya kecabut karena ketiban ulekan batu, tetep aja yang keingat Tuhannya, teriak "Ya Allah... Ya Allah... " tapi kalo lagi sehat wal afiat ajarannya jadi bahan bulan bulanan. Hahaha lucu. 

.

Ini aku mau curhat aja ya... 

Disini aku cuma miris, meski nggak bisa aku ungkap semua secara detail tapi sebagai orang dewasa yang waras, ini kerasa banget menusuk di hidung bahwa para pembenci pencaci agama begitu punya ruang yang leluasa, bahkan mungkin udah di sediakan skrip berjilid-jilid dan uang akomodasi, disediakan pula doorprize dan grandprize

Bahkan mungkin sistemnya mirip MLM, bisa beranak pinak dan sanggup membius peserta untuk join club. Bahkan sanggup endors ke influencer paling top kelas kakap. Buzzer ya istilah kerennya sekarang

Dunia buzzer mereka menyediakan layanan :

Endors soal "jilbab adalah budaya Arab yang menggeser budaya Indonesia"

Endors soal "daftar ustadz yang intoleran." 

Endors kalo "nikah beda agama itu toleransi tertinggi."

Endors kalo "identitas Islam berupa huruf hijaiyah harus segera digeser dan dihapus, termasuk tulisan halal."

Endors kalo "suara toa Masjid harus dikecilin dan disamain suara anjing."

Endors "menolak kedatangan ustadz radikal."

Endors "setiap perayaan umat muslim tanggalnya harus diundur, biar apa? ya biar menunjukkan kuasaku aja atas mereka" Dan biar kubu-kubuannya makin tajam ! Kubu yang sesuai apa yang tercetak di print dan kubu nurut pemerintah. Simpelnya sekarang kubu Muhammadiyah dan NU. 

Dan apalagi ya, lama vakum nulis, sebenarnya skrip yang udah di jalani udah banyak tapi lupa catat.

Pokoknya ini itu banyak sekaliiii.... *nada lagu doremon

.

Berasa dajjal lagi training anak buahnya ya.... tipu dayanya dahsyat sekali apalagi mereka yang punya panggung, harta, kekuasaan dan media. Banyak kaum terpengaruh terseret arus, percaya dengan semua skrip busuk mereka, bahkan sadar atau tidak sudah berada di pihak mereka.

Banyak pula yang tak sadar apa yang terjadi dan hanya menunggu waktu penentuan.

Sementara yang terus berusaha di garis yang benar, harus bisa bertahan meski sudah memar, bonyok, berdarah-darah. Sakit dan berat tapi harus tetap stay di jalur yang sama. 

.

Ehem ! Tes 1 2 3... Bentar tarik nafas dulu. Pingin muntahin semua uneg uneg dan eneg enegku disini. Kalau terkesan ngegas dan galak, maap, ya emang iya... toh ini lahan curhat gue yang sepi-sepi aja kagak aku promoin kemana mana. Kalau ada yang baca, SELAMAT ANDA NYASAR !

.

Gini ya bro sis...

Kalau gerah dengan budaya Arab, coba sana kalian pake kebayanya tiap hari. Stop juga Korean style  kalangan anak muda. Ngomong juga ga boleh bahasa gaul, apalagi bahasa Jaksel yang sangat ke Enggres enggresan, harus pake bahasa Indonesia yang baik dan benar !

Sok-sokan paling Indonesia. Padahal disini budaya ngerendahin sesama WNI masih menjamur.

Contoh, PARA ORANG DAERAH, dari Jawa misal, dibilang medoklah, kampunglah, keturunan babu, apalah... Padahal budaya Jawa juga asalnya dari Indonesia.

Sesama Indonesia masih rasis aja sok keras lu pade bro... sok paling nasionalis, si paling toleransi.

NGAKAK. 

Dididik dulu ya sesamanya buat menghargai perbedaan suku bangsa, ga usah nyinyirin agama dulu. Kejauhannn... 

.

Dan satu lagi,

Kalau ada kebobrokan di Indonesia jangan sekali-kali kalian bilang, "Negara Islam tapi kejahatan meraja lela, orang zina banyak, orang bodoh bejibun..."

Monmaap. Kalau disini Negara Islam, gak ada tuh yang berani ngelecehin agama apalagi muncul istilah Kadrun. Coba sebutin dasar hukum negara yang dilakukan sesuai Quran ada? Hukum pidana yang bersumber dari ajaran Islam dan diterapkan banget, ada juga gak? Koruptor aja di potong masa tahanan, pembunuh juga dibebaskan gitu aja karena yang dibunuh kaum kadrun yang mereka benci, Wkwkwkwk... Negara Islam dari Hongkong !

Kalo emang Negara Islam, nggak mungkin yang pake hotpants dan tanktop wara-wiri di jalanan, wong di peringati pake pakaian sopan aja uda teriak-teriak HAM.

Wong sempet ada wacana pelajaran agama Islam dan materi sejarah Islam di ubah atau ditiadakan kok, wkwkwk.. emangnya mau jadi negara atheis?

Negara itu digambarkan dari konstitusi, hukum dan aturan yang terkandung di dalamnya nggak sih menurutku? Jadi lucu kalau disini di klaim sebagai Negara Islam tapi nyatanya kebijakannya pingin jadiin rakyatnya rakyat minim agama. 

Mana yang mencerminkan Negara Islamnya tuan?

Cuma status warganya di KTP beragama Islam aja yang data statistiknya tinggi, kuantitasnya emang diatas rata-rata. Tapi semua hukum agamanya di jegal, Negara Islam darimananya? 

Orang mau beragama aja dibilang radikal... 

Negara Islam 'your eyes' !

Disini adalah negara dengan penduduk yang berstatus Islam, tapi nuansa Islamnya ingin dihapus pelan-pelan, kalau bisa pemeluknya juga direnggut satu persatu, setidaknya isi kepalanya dulu. 

Ada logo yang bertuliskan Arab mau di ganti logo tanpa tulisan Arab dan logo kreasi budaya suatu suku disini yang mana itu sukuku juga, padahal ga ada hubungannya anjay... dan suku disini ga cuma satu, dia yang pilih kasih dan rasis kelihatannya, dan kayak merajuk gitu gara-gara ada ustadz yang ngomongin hukum kreasi budaya tersebut padahal itu di forum sendiri. 

Merajuknya dengan menggunakan powernya untuk memaksakan sesuatu. Sumpah childish banget sih...

Pokoknya ada yang ingin menggeser tahta dengan perbuatan licik yang tertata rapi, bermodal besar tapi tetap saja banyak yang bisa mencium aroma busuknya. 

Yang mereka sukai dari Islam hanyalah dana haji, dana zakat, pajak orang muslin, ketupat, opor ayam dan daging qurban. CWB sihhh... Citizen With Benefit.

Suara azan aja kepanasan apalagi ayat Al Qur'an. Wkwkwk sejak kapan jadi begini ini tempat lahir gue. 

Ya memang ini aku murka, aku tahu ga ada yang mau dengar tapi aku berhak juga ungkapin khaaan dari pada jadi jerawat dan bisul !

Fyi... Religion is my life, and when somebody try to destroying my life, self defense and cranky is normal !

Jadi jangan mengkambing hitamkan Islam lagi. Kalau ada yang gak beres di negara ini, yang bisa disalahkan adalah pilihan kalian!

Yang mana? Sila dipikir sendiri.

Setelah merong-merong jangan lupa minta maaf . Kemudian pamit...

Wassalam !

Read More

Selasa, 30 November 2021

Nikah Muda vs Nikah Tua, Nikah Cepat vs Nikah Terlambat

Bismillah...

Assalamualaikum...

cr : vector stock

Sebagai newbie usia kepala tiga dan masih single, generasi 90-an yang selalu membanggakan masa kecil yang original tak terkontaminasi kecanggihan teknologi, aku menyadari bahwa perubahan tradisi, pemikiran dan tren adalah keniscayaan, termasuk soal menikah. 


cr : jadiberita.com

Jaman orang tua kita, mendengar banyak orang yang melakukan pernikahan di usia belasan emang rada mindblowing ya... Kecil kecil kok kawin? Meski kalau aku lihat di sekitar, rumah tangga orang-orang jaman orang tuaku ini kebanyakan awet dan minim drama. 

Orang jaman dulu itu meski banyak juga aku dengar punya masalah rumah tangga yang lumayan berat, tapi ternyata bagi mereka sebuah perpisahan atau perceraian itu menjadi opsi yang paling jauh untuk di pilih. Meski pasangan sempat selingkuh, menelantarkan, berbuat kasar, tapi ujung-ujungnya bisa saling memaafkan, saling sadar, memperbaiki dan langgeng sampe sekarang udah jadi kakek nenek. 

Lalu di jamanku (anak 90 an atau generasi beberapa tahun diatas dan dibawahnya sedikit), aku pribadi dan yang aku lihat dari orang disekitarku kayaknya memandang bahwa pernikahan memang sebuah keniscayaan yang akan dilakukan tapi bukan sesuatu yang selalu tertancap di kepala, bukan goal prioritas banget meski mungkin masing-masing punya dream tentang itu, tapi hidup kala itu kayak punya timeline yang lumayan general gitu, kalau sekolah ya sekolah dulu, kuliah ya kuliah, terus kerja, baru nikah. Urusan nikah  dipikirin kurang lebih umur 25 tahun, setelah semua tentang bekal dan kesiapannya dirasa clear

Mayoritas orang jamanku berpikir dan menilai idealnya begitu. Meski ya tentu sebagian akan berbeda haluan karena jalan hidup orang berbeda-beda. 

Sementara jaman ini... 

Yang katanya jaman generasi Z atau lebih tepatnya sih menurutku generasi setelah sosmed terasa jadi kebutuhan pokok sehari-hari, semuanya jadi terasa berbeda di banding jamanku. Dari perintilan hal-hal kecil, perspektif hidup, etika, mata pencaharian, pemikiran, de el el pokoknya. Susah jelasinnya. 

(generasi Y atau yang lebih dikenal dengan generasi milenial adalah orang lahir pada tahun 1980-1995 *Aku termasuk dong yaaa...* generasi Z lahir pada tahun 1996-2015. Sumber : ekrut.com)

Februari tahun 2016 aku studi ke luar negeri (jalur bejo/beruntung aja ya, jangan mikir karna aku pinter ato kaya, hehe), saat itu usiaku dikit lagi umur 25 tahun tuh, tapi masih pegang piala single bertahan (ga mau dibilang jomblo karna single adalah pilihan, hoho) dan kala itu aku sebodo amat banget mengenai jodoh maupun pernikahan. 

Hampir 3 tahun di luar negeri aku balik dan melasnya, temen deket aku sebagian udah nikah, sebagian merantau, jadi aku ngumpul dengan circle baru, adik-adik gemes yang sebagian generasi Z yang usianya sebagian besar lebih muda dari aku 4 - 6 tahun. 

Kagetnya aku adalah ketika di berbagai kesempatan aku kumpul mereka, mereka ini udah galauin banget soal jodoh, padahal umur mereka masih muda banget menurutku untuk fokus soal itu, sementara aku yang lumayan jauh senior umurnya santuy aja kayak di pantuy walau kemana-mana sendirian menyandang status single lapuk. wkwkwk. 

"Jodohku dimana ya..." 

"Ya ampun kok jodohku belum keliatan hilalnya..."

Isi pembicaraan ciwi-ciwi umur 21-22 tahun soal menggalaukan pernikahan dan bahasan lainnya yang panjang kali lebar kali tinggi. 

Mencari hilal wkwk cr : vecteezy
Oalah dekkk... Kalau jodohmu belum keliatan hilalnya, apa aku kudu pake teropong menembus galaksi untuk melihat hilalku? *apaansih. 

Sementara aku diusia mereka masih menggalaukan judul skripsi. Ya nggak munafik ya, sempet ada pacaran tapi pas putus yaudah, nangis bombay dalam kebodohan beberapa sesaat tapi kemudian melanjutkan hidup lagi sambil menangisi skripsi yang serasa lebih hopeless kala itu. 

Intinya menikah bukan sesuatu hal yang kudu jadi pikiran dalam gitu loh jaman itu. Nongkrong sama temen meski ngomongin cowok ya paling yang standart-standart, selebihnya kita ngobrolin dosen atau nostalgia nggak jelas, jarang banget kepikir dalam soal pernikahan, nggak ada ilmu dan tendensi kesana juga sih karena merasa kesana masih nanti nanti. Bahkan hampir nggak ada kenalanku yang menikah sebelum kuliah selesai atau sebelum kerja, meski ada beberapa teman yang menikah karena memang mereka nggak lanjut kuliah dan langsung bekerja. Wajar sihh... Tapi itu dikit banget di kalanganku. Paling nggak yang cepet menikah itu yang habis lulus beberapa bulan terus menikah. 

Malahan di jaman itu ada stereotype kalau laki-laki itu susah berkomitmen di bawah 30 tahun dan beraninya cuma pacarin aja (ah... cemen lu), makanya saat itu juga banyak ustadz yang gencar menggaungkan tentang larangan pacaran. (Ada yang pernah denger? Apa aku doang?)

Nah, itu culture shockku pertama kali ketika ketemu gen Z sekitar tahun 2018 - 2019 an, dan semakin kesini beneran banyak banget orang (biasa) maupun public figure yang memutuskan nikah muda dan hingga sekarang aku mulai terbiasa nggak terkaget-kaget lagi. 

CUMA...

Karena banyak yang berani nikah muda, maka banyak pula sindiran untuk yang belum nikah dan terkesan masih takut-takut ato dicurigai nggak laku-laku. Dibilang nikah ketuaan, perawaan tua atau nikah terlambat. Salah satu korbannya ya GUE SENDIRI. 

Nah orang yang kayak aku dianggap jones padahal ya emang masih milih begini ini, nggak ngeles ya, karena aku bukan nggak laku, tapi lebih ke belum siap aja. Belum sreg gitu hatinya.  

Nah, bagi orang kayak aku, gimana sih memandang nikah muda? 

Karena banyak orang-orang yang udah nikah nyindirin orang yang nggak nikah-nikah. Apakah yang nggak nikah-nikah ini selfdefense dengan nyinyirin orang-orang yang nikah muda?

Kan banyak juga tuh orang-orang yang lelah disindir akhirnya nyerang balik orang-orang yang udah nikah. Balik serang dengan bilang "Nikah nggak jamin kebahagiaan, banyak yang nikah malah sengsara, berujung cerai." dll..

Itu mah persoalan obyektif yaaa....

Kalo aku... 

JUJUR... paling seneng liat orang nikah, apalagi orang terdekat aku, atau orang-orang yang aku ikuti kisah hidup / kisah cintanya.  

Bahkan aku adalah orang yang suka mendorong orang lain untuk cepet nikah, dalam kurung ()... orang tersebut emang udah ada calonnya atau orang-orang yang sedang pacaran. Bahkan saat lihat berita pernikahan artis Korea macam Song Joong Ki dan Song Hye Kyo pun(meski sekarang udah buyar), aku ikut girang meski aku bukan fans banget sama mereka.

Cuma, dengan mengcourage orang segera menikah, dan senang liat orang nikah bukan berarti aku juga ingin buru-buru menikah. Keinginan menikah memang ada, maksudnya yang berpikir aku harus nikah suatu hari nanti tapi ya aku kayak let it flow gitu lohh... pokoknya mau semua mengalir dengan alami aja gitu. 

Kalau orang lain ke kondangan, biasanya para tamu undangan yang single bakal ngebaper dan ngehalu kapan dirinya akan berdiri di pelaminan juga, kalau aku lebih ke ambisi mencoba semua jenis hidangannya bahkan nggak terlalu perhatian sama dekor, baju maupun riasan mantennya. Wkwkwk. Sumpe deh... rada foodholic

Karena soal jodoh, di otak aku sih yang tergambar adalah soal timing, takaran rejeki dari Allah dan ada jalan takdirnya.

Nikah Muda vs Nikah Tua

Aku nggak tahu sih patokan angkanya soal gimana orang bisa dianggap nikah muda atau nikah tua. Cuma, kalau cuma berdasar stereotype yang aku lihat di Indonesia, nikah muda itu yang usia 20 tahun kebawah atau 20 tahun awal. Kalau nikah tua ya yang 30 tahun ke atas. 

Nikah muda bagiku akan sangat menguntungkan dan bagus kalo mental udah siap, bekal sudah ada dan ilmu sudah punya. 

Aku pernah baca postingan yang mengatakan, "Dulu aku kira usia 20 tahun itu sudah dewasa, ternyata.... hahahaha."

Menurutku yang berkaca pada diriku sendiri, ternyata umur 20 tahunan itu belum dewasa banget. Belum bener-bener mateng. Ini kebanyakan ya... bukan menyamaratakan karena aku tahu nggak ada formula yang mutlak menjalani kehidupan, tapi kita ambil dominant sample. Karena banyak juga contoh usia 20 tahun udah sangat mature karena biasanya sudah menerpa banyak sekolah kehidupan atau punya orangtua yang sangat mengarahkan dan mengajarkan.  

Umur 20 tahunan itu kebanyakan masih cari jati diri. 

Kalau umur belasan tahun itu masih mengikuti alur umum dihidup (sekolah, ekskul, dll), umur 20 tahunan inilah mulai berproses menentukan arah dia melangkah untuk jangka panjang. Tapi prinsipnya masih suka berubah-ubah seiring dengan lingkungan yang dia lewati. 

Aku pribadi bukan tipe orang yang menargetkan kapan harus nikah. 

"Aku harus nikah sebelum umur 25!"

"Aku nikahnya pas setelah dapat kerja deh..."

Dan patokan manusia semacamnya yang tidak pernah terukir di otak karena soal ini aku lebih sering nggak punya clue aku harus bagaimana dan kapan harus nikah. WAKAKA.

Mungkin kalau aja dulu pas umur 22 tahun aku bucin sama orang dan kebetulan orangnya serius ya bisa aja aku nikah umur segitu. Aku memang bukan yang ngeri atau antibanget sama pernikahan muda, tapi kalau pernikahan itu cenderung seperti desakan dan paksaan, jadinya nightmare... 

"Cepetan nikah dong.... Aku kenalin ya..."

Sering terjadi, nggak ada angin nggak ada hujan ada aja orang pingin aku jodohin aku sama ini lah itu lah, disuruh ginilah disuruh ginilah ke cowok yang aku sendiri belum kenal. Pernikahan jadi kayak hal yang mengerikan dan penuh kegamblingan. Don't do that ke teman kalian kecuali kalau mereka memang minta dicariin calon. 

Dan kenyataannya, waktu terus berjalan, umur terus bertambah dan aku selalu masih sendiri lalu melihat temen-temenku mulai banyak yang nikah mulai umur 25 tahun, jujur saat itu aku nggak panik atau belum panik. Karena aku merasa pernikahan bukan perlombaan, siapa cepat dia menang. 

Sekarang dengan makin dewasa dan matangnya pemikiranku, suka berandai-andai, kalau aku benar bertemu seseorang yang benar serius ajak aku nikah umur 20 tahun awal dan aku mau, aku melihat diriku akan gimana ya? 

Sebenarnya semua juga tergantung banyak sekali faktor dan tidak ada keniscayaan. Yang nikah muda belum tentu begini, yang nikah telat juga belum tentu begitu. Sebenarnya di hidup itu nggak ada rumusannya, jadi ya jalani aja sesuai keyakinan.

Nah, keyakinan aku tentang pernikahan..

NIKAH MUDA 

Mungkin positifnya memang banyak tapi nggak memungkiri banyak juga kemungkinan adanya hal negatif. 

Positifnya (+) banyak juga sih menurutku ya... kita masih muda semuanya masih serba fit dan fresh, termasuk kondisi fisik. Jadi nikah  juga pas lagi cantik-cantiknya, pas lagi ganteng-gantengnya, kayak pacaran tapi udah halal. Udah gitu semua perjalanan hidup bisa diperjuangin dan dijalanin sama-sama sejak umur relatif muda, minim ngerasain kesepian. Nggak kayak aku yang merantau sendiri bertahun-tahun dalam keadaan jomblo. wkwkwk. Kalau punya anak cepat, enak nanti kitanya masih muda, anak udah gede. 

Mmm apalagi ya... mungkin banyak tapi kurang tahu, soalnya memang tidak ditakdirkan nikah muda, daripada sotoy jadi pikirin aja sendiri. Hahaha

Tapi mungkin hal positif itu bisa dirasakan saat pernikahan itu berjalan ideal, bukan berarti mulus-mulus aja, tapi ya stabil gitu, ada masalah bisa diselesaikan dengan baik.

Tapi Minusnya (-) atau kemungkinan buruknya menurut aku berdasar pengalaman orang lain yang aku amati adalah mungkin karena banyak orang yang memutuskan menikah muda hanya karena beberapa poin yang general tanpa menyadari ada banyaknya printilan pernikahan yang lain. Pikirannya belum sepenuhnya matang, jadi kurang realistis soal memandang kedepan. 

Hanya karena alasan 'menghindari zina' dan 'udah sayang/nyaman' lalu langsung memutuskan nikah. Salah? Nggak ada yang salah sih selama dua orang ini sadar kalau dalam pernikahan banyak ilmunya, perlu banget implementasi, dan butuh pengembangan diri. 

Aku lihat nih, dari semua umur, kebanyakan kalangan usia 20++ ini perasaan kasmarannya paling menggebu, tingkat bucinnya tinggi. Nah, yang kayak gini di dasari kebucinan akut, langsung nekat memutuskan menikah. Mungkin niatnya baik ya... Cuma  ada yang bilang kalau lebih baik kita menikah jangan pas lagi cinta-cintanya. (Ntah nih gimana caranya) Karena manusiawi kalau mansia akan saling melakukan salah dan saling bermasalah, takutnya kalau belum benar-benar mengenal baik buruk satu sama lain, maka pikirannya pendek dan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Beberapa kegalauan orang nikah muda di sekitarku adalah : Menyesali adanya momen-momen masa muda yang terlewat. Pengalaman dan keseruan yang belum lama atau belum sempat dirasakan, tahu-tahu harus disibukkan dengan kegiatan berumah tangga, lalu sedih melihat teman-teman masih berhaha-hihi diluar sana. Pingin kumpul sama teman tapi gabisa karena entah suaminya yang tidak mengijinkan ataupun suami mengijinkan tapi sudah punya anak yang otomatis susah ditinggal.  

Selain itu akibat dari mikir pendek soal nikah adalah memutuskan nikah karena sudah nyaman satu sama lain tapi secara materi belum mapan. Allah memang yang kasih rejeki. Tapi kalau kurang realistis bahwa kemampuan dan kebutuhan belum selaras, ya mungkin perlu dipikirkan lagi. Ini bukan perkara matrealistis ya. Karena ini bukan persoalan gaya hidup, untuk berlebih-lebihan tapi butuh realistis bahkan rumah tangga butuh nafkah yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. 

Ini bukan karena aku mau nyinyir sama orang nikah muda loh. Karena dulu aku memandang nikah muda bagi yang menjalani dengan orang yang dia cinta ya beruntung dan mereka pasti happy happy aja, tapi nyatanya banyak curhatan macam ini dari teman-teman yang nikah muda ke aku. 

Jadi sebelum nikah muda kalian harus pikirin dan terima resiko. Kalau memang kalian siap dengan plus minus yang mungkin terjadi kalau kalian nikah muda ya why not... nikah muda mah sah-sah aja dan baik juga menurutku.   

Menikahkan dibayangan banyak orang itu yang terpikir soal indah-indahnya ya... sementara gejolak di dalamnya banyak banget (maaf terkesan sotoy padahal belum nikah, wkwk)

Jadi menurutku, nikah muda itu baik banget tapi kudu dilandasi keinginan belajar yang besar. Belajar soal rumah tangga, soal agama, soal manajemen emosi mengingat biasanya yang muda lebih labil (bukan berarti yang tua lebih bijak, tapi umumnya anak muda begitu). Karena kalau menjalankan nikah muda banyak juga yang perlu di korbankan dan dipikirkan. Teman-teman seusia masih mikirin sekolah dan main, yang nikah kan beda banget ya...

Banyak kisah nikah muda yang jadi inspirasi dan referensi (kalian bisa cari lah ya) tapi banyak juga kisah nikah muda yang terlalu cepat kandas dan sangat disayangkan karena kurangnya bekal ini itu dan mengambil keputusan secara kurang masak (?) sehingga menghasilkan penyesalan yang panjang. Contoh, punya anak tapi  harus cerai, karena kurang dewasa salah satu pihak kurang bisa bertanggung jawab, akibatnya rusak hubungan ke anak, keluarga dll.

Yang berniat nikah muda memang baiknya di telaah lagi ya.. Ingin nikah muda karena apa? Karena emang udah cinta, udah nyaman, menghindari zina, atau memang untuk ibadah? Apa udah tahu prinsip masing-masing soal pernikahan ini mau dibawa kemana? Dan takutnya juga nih banyak yang ikutan cepet nikah karena euforia, ngelihat orang lain kayaknya kok enak nikah muda, eh akhirnya ikutan tanpa menakar kemampuan diri. 

NIKAH TUA (?) (nikah terlambat, nikah santuy, telat nikah ato apapun itu, wkwk)

Nikah tua memang dinilai banyak pihak kurang ideal dibanding nikah muda, dari berbagai aspek lah ya, serta dicibir, disindir dan dikepoin dari berbagai pihak. wkwkwk. 

Nasib tinggal di negara KEPOlauan  (kepulauan) dan MARRYtime (maritim).

Ya kita kudu berbesar hati menerima bahwa perkataan mereka ada benernya, contohnya soal menikah adalah ibadah dan soal biological clock bagi perempuan. Tapi memang ada nggak tepatnya juga apalagi kalau menikah dijadikan ajang menang-menangan, dulu-duluan dan menggeneralisir semua orang harus punya timeline hidup yang sama. 

Misal ibaratnya nih anak bayi, biasanya bayi punya usia umum saat akhirnya dia bisa duduk, bicara jalan dll, dan banyak orangtua yang panik manakala anaknya mengalamOrangi sedikit keterlambatan padahal pada akhirnya dia juga akan jalan dan bicara di kemudian hari lalu tumbuh jadi orang yang normal seperti yang lain. 

Kekhawatiran mungkin ada, tapi jangan terlalu jadi pacuan untuk barometer perkembangan yang wajar apalagi jadi tolak ukur sampai masa depan. "Wah anak ini udah 2 tahun gak bisa ngomong, anak tetangga umur 1 tahun uda bisa. Ntar gedenya pasti introvert gak bisa public speaking." wkwkwk... ya gak gitu juga kan ya...

Orang yang nanti-nanti soal pernikahan pun sebenarnya didasari alasan yang bermacam-macam, yang disengaja maupun nggak. Ada yang memang karena menunggu sesuatu yang tidak pasti, ada yang memang masih ingin sendiri. 

Mau nggak mau, suka nggak suka itu semua nggak bisa dipaksakan. 

Mau tanya "Kapan nikah? Cepet lah nikah!" tidak menyelesaikan apapun. 

Untuk yang jodohnya belum datang padahal dia sudah berharap nikah, kalau orang sekitarnya maksa  nanya 'kapan nikah' ya aneh, emangnya dia kudu random ambil cowok buat bersanding di pelaminan?

Terus kalau yang belum mau, kalau dipaksa nikah juga kalau terjadi yang nggak-nggak dalam rumah tangganya repot juga kan?

Orang di sekitarnya hanya bisa mendoakan dan memberi pengertian yang baik, sugesti yang baik tentang pernikahan, atau kalau bisa kasih modal buat nikah. hahaha

Kenapa nih orang-orang ada yang betah sendiri padahal katanya berdua lebih baik? 

1. Mental belum siap. Menurutku ini akar utama orang-orang yang dengan sengaja masih mengundur-undur(?) keputusan soal menikah. Karena emang sebenarnya umur bukan tolak ukur kekuatan maupun kesiapan mental ya. Walau sama sekali tidak menafikan bahwa nikah itu ada indah-indahnya tapi  orang yang belum siap mental ini mungkin yang kepikir malah soal akan banyaknya drama dalam pernikahan yang butuh adrenalin tinggi mengingat menikah itu menyatukan dua karakter yang nggak cukup modal cinta, butuh sifat sabar, mengalah, pengertian dan lapang dada untuk bertahan. Memutuskan menikah dengan siapa dan seperti apa orangnya adalah perkara penting, karena bersama orang itu kita akan menghabiskan waktu (yang semua mengharapkan) sampai akhir hidup, kalau belum ada keyakinan yang terbentuk dan tidak ada yang meyakinkan, mengumpulkan mental untuk itu susah sungguh susah. 

2. Merasa belum pantas. Pingin nikah tapi overthinking, ya mungkin ada kaitannya sama belum siap mental ya... Ngerasa "Aduh...aku kalau jadi istri/suami bisa nggak ya begini begitu." Takut belum bisa 'mengemban tugas' sebagai pasangan hidup seseorang dengan baik dan ini sebenarnya salah satu bentuk tahu diri dan tanggung jawab, tapi emang akhirnya bikin nyali untuk menikah jadi maju mundur. Merasa umur cukup tapi nggak pede bisa menjalankan status baru dengan beban dan tanggung jawab yang baru bahkan merubah sebagian besar hidup.  

3. Parno. Ini juga berkaitan erat sama mental yang terbentuk tergantung sepak terjang seseorang sih. Mungkin karena ke trigger dengan lingkungan sekitar, banyak cerita tentang pernikahan yang buruk sehingga membuat ketakutan sendiri akan hal yang sebenarnya belum tentu terjadi. Atau bisa jadi dirinya sendiri yang mengalami trauma saat menjalani hubungan. 

Dan juga memang ada orang yang luwes dengan hubungan asmara, tapi ada yang nggak. Ada yang merasa nyaman saat ada cem-ceman(?) dihidupnya, ada yang nyaman ketika sendiri bahkan menganggap kisah cinta bisa mengganggu konsentrasinya. Jadi meskipun dia tahu dia harus menikah tapi ada ketakutan menjalankan pernikahan masih menghalangi.

Bahkan ada yang belum nikah dengan alasan "Belum jatuh cinta."

Dan lain-lain ya... capek kan kalau semua ditulis dan dibaca disini.   

Intinya sih ada ketakutan.

Solusi dari semua ini? 

Bertemu dengan orang yang tepat.

Orang yang bikin yakin bahwa pernikahan itu tidak sehorror yang dipikirkan .. meski pasti ada keriweuhan tapi masih bisa dalam kendali lah. 

Dan cara bertemu orang yang tepat? Berdoa atau (ditakdirkan)Beruntung. (Meski yang dianggap keberuntungan itu juga bisa jadi ujian ya)

Selain itu orang seperti ini sangat tidak butuh pertanyaan kapan nikah, pikirannya bisa ke switch menganggap bahwa pernikahan adalah sebuah desakan yang menakutkan. Dia tahu kok dia harus nikah, toh kalau dia nikah belum tentu juga situ diundang ngapain tanya tanya?

Tanya kapan nikah itu yang udah pacaran ya (itupun yang belum punya modal juga susah sih), tapi maaf tiba-tiba memention ini, bagaimanapun menurutku aneh sih kalau nggak mau nikah tapi pacaran, apalagi yang tahunan. Istilahnya kayak kamu takut  beli tiket lalu naik kapal karena takut tenggelam, tapi kamu malah nyerobot jadi penumpang gelap dan duduk di pagar pembatas kapal yang lebih beresiko.


Kesimpulannya sebenarnya nggak ada yang pasti di dunia ini, nikah muda belum tentu begini, nikah tua juga belum tentu begitu. Apalagi pernikahan kan dibawa dan dijalankan oleh dua pribadi ya, jadi memang susah kebaca apa yang akan terjadi di kemudian hari. 

Yang pasti nikah itu ada ilmunya dan ada timingnya. Kapanpun waktunya asal ada kematangan berpikir dan keinginan menyelami ilmu menurutku bakal aman-aman aja. Kesiapan dalam berbagai aspek yang berhubungan soal pernikahan itu cukup penting bagiku. Bahkan aku harap kedepannya orang-orang akan  diakrabkan dengan sekolah pranikah (untuk masing-masing agama), harapannya ya meminimalisir kemungkinan buruk yang terjadi dalam rumah tangga karena menurutku sebagai muslim, mengetahui kewajiban dan hak masing-masing sebagai suami dan istri sebagaimana di ajarkan di agama Islam itu bakal berpengaruh besar dalam keberlangsungan kehidupan pernikahan. (bukan sotoy ya tapi sering mengamati)


Sekian ngocehnya, dan DISCLAIMER ini semua hanya tulisan untuk menuangkan pikiran pribadi, sebenarnya ini blog juga bukan buat disebar-sebarin tapi kalau kebaca yaudah gapapa juga. Dan ini bukan sebuah teori ataupun pernyataan yang harus dipercaya. Kalau ada yang setuju Alhamdulillah, kalau ada yang bertentangan ya mohon maaf kita memang beda orang, beda kepala sehingga bisa saja berbeda pendapat. 


Sekian dan terima kasih. 


Wassalam.

Read More

Sabtu, 02 Maret 2019

Haruskah Aku Menutup Sosmed?


Assalamualaikum...
Bismillah.

Malam-malam kesambet apa tiba-tiba berpikir untuk memutuskan sesuatu yang agaknya memang harus dipertimbangkan demi kualitas diri, mental dan juga kesadaran. Hahaha.

Aku rasa aku sudah jadi korban kegilaan dan wabah keblingeran sosmed, terutama IG. THE MAIN OF MY MEDSOS, Meski kalau di kategorikan, aku bukan yang stadium yang parah banget, setidaknya saya memang sudah diduga terjangkit (macam penyakit lah...)
Seperti apa bentuknya?

Yah, mungkin terlalu gandrung sama upload ini itu, dikit-dikit di post, dikit-dikit kasih kabar (padahal gak ada yang nanya)

Ya aku pernah alay kayak gitu sih emang, jaman-jaman SMP SMA mungkin, atau bahkan masih sisa dan kadang kumat saat awal-awal kuliah, macam mau ujian, guru galak, gebetan lewat, bakso asin lah,  lihat cicak jatuh lah, semua di jadiin status hingga when time flied dan I re read what I wrote down there, I feel sick. Aku merasa ada di tahap cukup dewasa ktika aku mau muntah lihat status-status lamaku itu.

Mungkin beberapa saat lalu adalah masa puber keduaku terjadi dan beberapa hari lalu dan puncaknya hari ini aku kembali dewasa lagi. Aku rasa ke alayan yang dulu telah hilang, kini bersemi kembali.

Aku ngerasa akhir-akhir ini aku juga sering menuliskan status-status nggak penting yang nggak ada gunanya dibaca orang. Buatku sih status yang baik ya yang berbau kata mutiara, yang mengandung hikmah, entah itu ayat Qur'an, Hadits atau kata-kata baiknya lah. Sekalipun kita ingin mencurahkan isi hati atau keadaan kita, ya baiknya fiungkapkan mekalui kiasan yang mengandung hikmah bukan yang...

'Duh mimpi apa semalam, kok banyak banget orang bikin emosi hari ini. Gue cincang satu-satu ntar...'
Yah fitrah cewek ya, yang cerewet dan suka curhat meski nggak butuh-butuh banget solusi, yang penting meluapkan itu sudah melegakan. Sampai-sampai sosmedpun jadi wadah, di baca orang-orang yang nggak berkepentingan  atau bahkan eneg sama status kita, tapi mau unfriend sungkan. Wkwkwk

Nah status marah-marah diatas ya mending di ganti, ''Nabi bersabda bahwa orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam pertarungan tapi orang yang sanggup menahan marah."

Misalll aja ya.

Jadi dari kata-kata semacam itu secara nggak langsung kita menasehati diri sendiri, sekaligus menyampaikan pesan Nabi atau ayat Allah, Nah, kan lebih bermanfaat tuh ya... Jadi nggak perlu secara langsung mengumbar masalah sepele, yang secara langsung nggak langsung mengimejkan diri kita sebagai tukang ngeluh, apalagi hal-hal yang super nggak penting.

Duh malu-maluin.

Dulu awalnya media alay saya adalah facebook, kemudian insyaf facebook saya sudah lama nggak menulis status mengenai diri saya, nggak pajang foto saya sama sekali. Melainkan udah beralih jadi media untuk mengshare berita-berita penting atau bermanfaat saja. Kemudian khilaf saya ada di BBM dan Instagram. Dua media yang jadi ujian saya.
Saya awalnya mengira kalau BBM itu lebih privat ya... Jadi cuma orang bener-bener tahu saya aja yang berteman disana, jadi saya aagak sedikit 'liar' eh gak liar juga sih, maksudnya agak bebas dan terbuka (aduh kata-katanya mengandung salah paham nih ntar, wkwk)

Jadi misal di sosmed lain macam FB, Twitter, IG saya nggak berani pajang foto wajah saya secara jelas, nah di BBM kadang masih berani. Meski jarang banget. Dan misal di sosmed saya hanya untuk, menuliskan kata-kata manfaat, nah di BBM ini buat saya menuliskan status-status nggak bermanfaat bin nggak penting.

Sementara IG atau Instagram ini kan ajang untuk menampilkan foto yang bisa dengan mudah terkontaminasi jadi ajang pamer ya... apalagi ada fitur IG Story, yang fungsinya mirip snapchat, menampilkan foto, video 24 jam terakhir dan ditampilkan 24 jam saja. Disini kita juga dengan mudahnya melaporkan sedikit-sedikit hal yang kita lakukan. Duh!

Namanya juga anak introvert (lagi-lagi kambing hitamkan 'gelar' introvert), jadi suka mikir sampe jedot-jedot. Kalau batin agak terusik, pasti ada yang beres sama diri sendiri. Agak upnormal (eh)
Namanya juga manusia biasa, meski bisa berpikir waras kayak gini, suatu saat kesambet dan terbuai godaan syetan yang terkutuk. Huft!

Beda sama blogging yang lebih privasi apalagi ku bikin anonymous kayak gini. Saya mah bebas-bebas aja karena bukan perkara yang pribadi banget yang ku share, dan istilahnya ini cuma 'sari pati' pengalamanku aja, nilai-nilai kehidupan dan nilai moral yang ku tuliskan di sini, bukan bener-bener diary abis yang nyeritain detail masalah kegalauan, kasmaran, dan mantan. Heh?? Yah pokoknya beda lah...

Jadi kalau aku baca-baca lagi status BBM...
Haduh kok mengandung lebay dan yang jelas NGGAK PENTING, yaaa...
Kemudian ketika kulihat-lihat IG...
Aku takut itu dipandang sebagai pamer, membanggakan dan yah sejenisnya lah...
Meski soal IG aku juga sebenarnya udah berusaha hati-hati dengan mengunci akunku, tidak menerima permintaan pertemanan laki-laki yang tidak berkepentingan dan sebenarnya IG bagiku kayak album digital bagiku. Aku memilihi jepretan terbaikku waktu aku mengunjungi suatu tempat , atau misal ya seperti biasa, aku trmasuk pecinta sajak-sajak indah, kata-kata pembangkit diri semacam kata mutiara dan ayat-ayat  Qur'an untuk muhasabah diri maupun mengingatkan teman yang lain. Tujuan utamanya sih untuk nasehati diri sendiri.
Jadi waktu aku lihat lagi instagramku itu kayak kelihatan runtutan, aku pernah begini, aku pernah kesini dan aku senang aja gitu lihatnya. Tapi karena media ini ada followernya ya kudu hati-hato juga. Memilah kata, foto dan menghindari kesan riya' atau pamer itu memang samar-samar.
Kita gak bisa benar-benar menelisik apakah dalam hati kita nggal ada kesombongan, kebanggaan diri meski hanya sebiji zarrah atau sebiji sawi yang kecil nya lebih kecil dari kerikil kecil.
Kata ustadzahku ya, kalau di ibaratin itu kayak kita mencari senut kecil hitam dibatu besar warna hitam di malam hari pula...
Nah looo.. puyeng nih mata.
Jadi ya, cara ampuh untuk terhindar dari hal-hal nggak penting dan kurang ada faedahnya bahkan rawan dosa, apakah harus aku menutup sosmedku? Tidak perlu aktif lagi? Karena mengontrol dan mengubah kebiasaan nggak semudah itu jika icon sosmed-sosmed itu langsung trpampang ketika kita buka hape?

Kita tahu kita harus menggunakan dengan bijaksana, tapi namanya manusia yang perasaannya lagi di awang-awang rasa senang dia kemudian memposting dan mengetik kata-kata yang mengatakan seolah-olah dia yang paling beruntung, dia hebat, dan hal-hal yang secara langsung atau nggak bikin orang lain iri.
Keberadaan sosmed memang menambah ke galauan manusia jaman kini bertambah. Melihat teman sukses, kitanya masih gini-gini aja GALAU. Lihat teman sekolah di luar negeri, kitanya naik pesawat aja nggak pernah, GALAU.  Lihat teman-teman udah pana nikah, punya anak, kitanya udah kelamaan jomblo... SEMAPUT.

Apalagi informasi yang bisa di dapat di sosmed sangat tidak terkendali dari sisi manapun. Kalau dikehidupan nyata kita paling cuma tahu kabar teman-teman yang masih pernah bertemu, sementara
Read More

Selasa, 03 Juli 2018

Kenapa Aku Memilih Banyak Sendiri

Hai...
 

Mungkin banyak orang yang nggak paham, dengan watak orang yang lebih suka menyendiri. Why? Begitupula dengan aku, yang menghabiskan banyak waktu sendirian daripada 'hinggap' kesana kemari mencari perhatian.

Mungkin pernah lihat quote ini...

People who refuse depend on others have experienced the most disappointment earlier on their lives - Psychology fact

Orang yang menolak bergantung pada orang lain punya pengalaman paling mengecewakan dalam hidupnya - Fakta psikologi.

Aku bukan drama queen, hidup saya hari ini penuh dengan rizki dan anugerah tapi luka dan trauma masa lalu yang sudah terlanjur mempengaruhi jalan pemikiran dan bagaimana bersikap sekarang.

Apa aku nyaman dengan diriku yang sekarang?

Jujur, aku selalu tidak puas dan menyalahkan diri sendiri setiap bertatap muka dengan orang dan bersikap tidak memuaskan.
Orang pasti akan mempunyai kesan tentangku yang kaku, canggung, tidak cerah ceria dan cenderung menghindar.

Tapi sekarang aku mulai menerima dan mencoba mencintai diriku sendiri.

Kalau bukan aku, siapa lagi?

Kenapa aku bisa setrauma ini? dan apa yang paling membuatku kecewa? Apakah aku tidak berlebihan?

Aku mengalami pembullyan, mungkin selama 9 tahun semasa kecil, semasa sekolah.
Begitupun tentang pertemanan, seperti percintaan, tidak banyak persahabatan yang bertahan lama, kesetiaan dan ketulusan susah di temukan.

Pertama ini semua memang membuatku menyalahkan diri, aku memang tak berharga, bukan orang yang pantas di sukai. Hingga aku menyadari bahwa teman-teman itu meninggalkan aku bukan karena keburukanku tapi karena kekuranganku, kemudian melihat yang lebih dan tak butuh aku lagi.

Ketakutanku selalu meliputi setiap bertemu orang. Entah itu orang baru maupun orang yang memang sudah di kenal.

Mereka tidak akan menyukaiku.
Aku tidak akan bisa menyenangkan mereka...
Aku tidak akan mencapai ekspektasi mereka.
Aku akan mengecewakan mereka
Mereka akan meninggalkanku

Ketakutan tidak bisa menyesuaikan diri dengan mereka, mengecewakan mereka, di acuhkan kemudian di tinggalkan.

Sehingga dari awal memilih tidak berharap apapun, dari awal tidak tertarik dengan siapapun.

Pemikiran seperti itulah yang membuatku seakan berkata seperti ini setiap bertemu dan bersama sesaat dengan seseorang, "Oke kita saling kenal, terkadang membicarakan hal yang mendalam, terkadang pergi bersama. Tapi sebatas itu. Aku tidak mengikatmu dan jangan mengikatku, karena aku tahu suatu saat kamu tidak butuh aku, tidak ingat aku dan kita hanya sebatas hubungan 'saling kenal, saling tahu'"

Tak perlu menyematkan gelar 'sahabat' atau gelar mengikat lainnya yang menyebabkan imej tercampur satu sama lain-lain. Aku seakan bisa merasakan enerji bahwa orang ini akan membutuhkan atau menyukaiku dalam waktu lama atau tidak.

Bahkan ketika masih pacaran (masa jahiliyah) aku bisa membaca lelaki tersebut bahwa, 'dia mungkin memang menyukaiku, tapi dia pasti akan meninggalkanku.'

Semua terbaca sejak awal, dan benar-benar terjadi seperti itu.

Ini memang bukan hal yang sepernuhnya baik. Aku tahu aku harus memperbaiki 'stereotype' dikepala yang sudah kadung tertancap.

Menghilangkan prasangka, ketakutan.

Meski itu tidak mudah, sejauh ini aku sudah berusaha.

Kepribadian ekstrovertku sudah keluar,

Meski introvertku masih melekat kuat dan sudah menguasai..


Read More

Senin, 29 Mei 2017

Selamat datang di duniamu, Introvert...!


Halooo diriku...


Hasil gambar untuk writing quote

I My Me Mine...

Sounds like selfish person...

No, I just Introvert, clumsy, shy, in many case, not always but...

Hah... I'm so complicated...

This me, who can understand me? who can relieve me?

Yah, my own sound sometimes.
 Hasil gambar untuk writing quote

Eh, btw kok jadi bahasa Inggrisan ya??

Gak-gak, aku cukup berbahasa Indonesia,karena semakin kebelakang semakin mikir ini tata bahasanya bener apa gak, istilah ini bener apa gak, males deh... Maklum bahasa Inggrisnya nggak se canggih itu. wekekeke

Anyway, aku suka berbasa-basi kalau suka ngeblog.

Ini bukan blog pertamaku?

Absolutely nopeThis is my 3rd blog (duh bahasa Inggrisan lagi)
 I'm a kinda like talk and write in English in spare eventough I'm not that good... 

Ehem...~

Jadi blog satu dan dua punya tema sendiri-sendiri ya.  Satu mengenai suatu negara (jiah), yang satunya lagi mengenai agama tercinta.

Lalu kenapa ini bikin lagi? Cape-capein aja, bikin pe-er aja...

Nope ,blogging is my pleasure... I do it by my will. 

Jadi aku suka membahas sesuatu dengan detail dan terperinci begitu, tapi karena aku anaknya ini tidak seatraktif (istilahnya rekkk) dan tidak seceria di blog, alias berwajah dua (hmm... not in bad purpose ya) tapi aku menyadari aku memiliki kekurangan dalam kepribadian. Yang kusadari, yang kusesali, yang kadang kubenci, but this is myself, tidak semudah itu untuk merubah watak kan??

Seburuk apa??

Tidak buruk, tapi emang sama sekali tidak wonderful. (of course)

Maybe people judge me as boring people... ?? ah... you're not fun...

Yah... some kind like that. 

Huft.

Jadi ini blognya buat curcol gitu?? 

Ya aku ini sebenarnya anaknya cukup sadar diri meski pada saat praktek suka lupa lagi...

Blog itu kadang buat media menyampaikan nasehat dan aspirasi dari diriku untuk diriku sendiri.

Aku akan membahas tentang diriku sendiri, berkompromi dengan diriku sendiri, bertengkar kemudian berdamai lagi dengan diriku sendiri.

Kelihatan gila???

Tidak, ini hanya sejenis introspeksi ya...

Muhasabah istilah di agama Islam. Jadi ketika tidak ada orang yang menasehati diri kita, mungkin tidak ada 'yang minat' membenahi diri kita.

Jadi aku menulis untuk mengobati diriku sendiri yang terluka karena diri sendiri...

Tenang tenang.... aku bukan pengidap semacam mental disorder atau apa, tapi aku hanya sejenis orang yang pemikir, sensitif, plus introvert...

Jadi di blog ini aku mau bahas masalah psikologi, hubungan sosial, watak dan sejenisnya ya...

Dampak watak seseorang terhadap hubungan dengan orang lain, pekerjaan, dan sebagainya yang semua ini dasarnya dari aku dan orang sekitarku.

Tujuannya biar orang bisa saling memahami bahwa kekurangan seseorang itu ada sebabnya juga.

Misal...

Ada orang kasar, yang diajak ngomong sedikit nyolot...

Eh ternyata dia punya latar belakang keluarga yang nggak harmonis, dia sering melihat orang tuanya bertengkar bahkan dia ikut jadi korban kekerasan dalam keluarga secara verba maupun perlakuan. Karena itu dia kurang terbiasa dengan perlakuan yang lemah lembut sehingga sama orang lain dia ikut jadi kasar.

Dengan orang seperti itu kan perlu dilakukan pendekatan, juga pengertian.  Jadi kita tidak terburu menjudge kemudian menjauhi dia sehingga makin parah saja wataknya.

Saya rasa perlu ada peran-peran orang yang 'menetralkan' sikap ya. Saya rasa memang nggak banyak orang yang mau bersabar dan mendekati watak-watak yang tidak menyenangkan seperti tadi, tapi saya rasa semua manusia punya hati nurani yang bisa kembali 'fitrah'(emang idul fitri) jadi maksudnya watak seperti itu bisa sembuh asal ada yang mensupport, tidak di biarkan sendiri.

Saya nggak berharap blog ini dibaca banyak orang, dan pastinya saya nggak woro-woro (kasih pengumuman) ke orang apalagi yang saya kenal mengenai keberadaan blog ini karena saya tidak mau terkesan cari perhatian dan kelihatan curcol banget.

Hasil gambar untuk writing quote

Lebih enak kalau yang baca orang nggak kenal saya jadi lebih netral baca dan menanggapinya...

Lagipula it's not just about me yaaa... jadi saya nggak akan bahas diri saya doank karena itu terlalu hmm... jadi lebih apa yang saya amati dan saya rasakan.

Kenapa saya merasa menulis ini perlu??

Hmm... masyarakat akhir-akhir ini banyak tersulut dengan apapun..
Banyak hubungan yang gampang retak dan bubar (nggak cuma hub percintaan ya) hanya karena selisih paham atau karena sudah muak... jiaahh...
Juga banyak yang gampang berubah tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.

Jika hubungan antar manusia baik, pasti menjalani yang lain akan baik.

Saya juga bukan anak psikolog justru mungkin ada sedikit masalah *bukan gila dan gangguan mental sekali lagi*
Disini saya cuma mengajak sama-sama merenungkan. Itu saja.

Bukan hanya meminta orang memahami orang lain, saya juga berharap dengan tulisan saya banyak orang yang juga jadi lebih memahami diri sendiri atau merasa dirinya sama dengan apa yang saya tulis dan tidak merasa sendiri.

Usually I can't say such a nice words like this ya... 



Secara 'live' (jiah) maksudnya aku orang sebenarnya bisa dibilang terlihat kaku, nggak pandai berekspresi apalagi berkata-kata yang ciye ciye (apaan sih) jadi sisi saya yang seperti ini hanya bisa diluapkan di Blog. What a pity

Anyway... this is what's called introvert ya?
Or what? 

Jadi seperti pada umumnya, ada orang-orang tertentu yang ingin memiliki space nya sendiri.  Dimana dia butuh sendiri, dan mengisi energinya ketika tidak ada yang mengusiknya.  Sounds so dramatic or pathetic, tapi watak seperti itu emang eksis yaa...

Dan my own space adalah ketika aku menulis.  As you see now.. Saya menulis nggak ada aturannya dan gak mengikuti tata cara menulis manapun. Aku hanya menulis as free as I wish...
Dan setelah menulis ada kelegaan tersendiri meski nggak menghasilin duit, nggak juga memburu follower..

Let it flow~~

Yang jelas I just created my own world... 
Tidak untuk menceritakan tema tertentu seperti di dua blogku lainnya.

Kali ini benar-benar tempat untuk corat-coret... Let's scrawling or doodling the story...Hasil gambar untuk writing quote

 
Hasil gambar untuk writing quote







Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Facebook

Slider Widget

5/recent/slider

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

Lepas Hijab, Patah hati dan Circle Pergaulan

Bismillah... Assalamualaikum...  Hanya selembar kain tapi bernilai marwah diri dan agama, terlihat sepele tapi bisa merubah banyak hal. Itul...

Cari Blog Ini

Tags

Categories

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Tea Time | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com