Sabtu, 02 Maret 2019

Haruskah Aku Menutup Sosmed?


Assalamualaikum...
Bismillah.

Malam-malam kesambet apa tiba-tiba berpikir untuk memutuskan sesuatu yang agaknya memang harus dipertimbangkan demi kualitas diri, mental dan juga kesadaran. Hahaha.

Aku rasa aku sudah jadi korban kegilaan dan wabah keblingeran sosmed, terutama IG. THE MAIN OF MY MEDSOS, Meski kalau di kategorikan, aku bukan yang stadium yang parah banget, setidaknya saya memang sudah diduga terjangkit (macam penyakit lah...)
Seperti apa bentuknya?

Yah, mungkin terlalu gandrung sama upload ini itu, dikit-dikit di post, dikit-dikit kasih kabar (padahal gak ada yang nanya)

Ya aku pernah alay kayak gitu sih emang, jaman-jaman SMP SMA mungkin, atau bahkan masih sisa dan kadang kumat saat awal-awal kuliah, macam mau ujian, guru galak, gebetan lewat, bakso asin lah,  lihat cicak jatuh lah, semua di jadiin status hingga when time flied dan I re read what I wrote down there, I feel sick. Aku merasa ada di tahap cukup dewasa ktika aku mau muntah lihat status-status lamaku itu.

Mungkin beberapa saat lalu adalah masa puber keduaku terjadi dan beberapa hari lalu dan puncaknya hari ini aku kembali dewasa lagi. Aku rasa ke alayan yang dulu telah hilang, kini bersemi kembali.

Aku ngerasa akhir-akhir ini aku juga sering menuliskan status-status nggak penting yang nggak ada gunanya dibaca orang. Buatku sih status yang baik ya yang berbau kata mutiara, yang mengandung hikmah, entah itu ayat Qur'an, Hadits atau kata-kata baiknya lah. Sekalipun kita ingin mencurahkan isi hati atau keadaan kita, ya baiknya fiungkapkan mekalui kiasan yang mengandung hikmah bukan yang...

'Duh mimpi apa semalam, kok banyak banget orang bikin emosi hari ini. Gue cincang satu-satu ntar...'
Yah fitrah cewek ya, yang cerewet dan suka curhat meski nggak butuh-butuh banget solusi, yang penting meluapkan itu sudah melegakan. Sampai-sampai sosmedpun jadi wadah, di baca orang-orang yang nggak berkepentingan  atau bahkan eneg sama status kita, tapi mau unfriend sungkan. Wkwkwk

Nah status marah-marah diatas ya mending di ganti, ''Nabi bersabda bahwa orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam pertarungan tapi orang yang sanggup menahan marah."

Misalll aja ya.

Jadi dari kata-kata semacam itu secara nggak langsung kita menasehati diri sendiri, sekaligus menyampaikan pesan Nabi atau ayat Allah, Nah, kan lebih bermanfaat tuh ya... Jadi nggak perlu secara langsung mengumbar masalah sepele, yang secara langsung nggak langsung mengimejkan diri kita sebagai tukang ngeluh, apalagi hal-hal yang super nggak penting.

Duh malu-maluin.

Dulu awalnya media alay saya adalah facebook, kemudian insyaf facebook saya sudah lama nggak menulis status mengenai diri saya, nggak pajang foto saya sama sekali. Melainkan udah beralih jadi media untuk mengshare berita-berita penting atau bermanfaat saja. Kemudian khilaf saya ada di BBM dan Instagram. Dua media yang jadi ujian saya.
Saya awalnya mengira kalau BBM itu lebih privat ya... Jadi cuma orang bener-bener tahu saya aja yang berteman disana, jadi saya aagak sedikit 'liar' eh gak liar juga sih, maksudnya agak bebas dan terbuka (aduh kata-katanya mengandung salah paham nih ntar, wkwk)

Jadi misal di sosmed lain macam FB, Twitter, IG saya nggak berani pajang foto wajah saya secara jelas, nah di BBM kadang masih berani. Meski jarang banget. Dan misal di sosmed saya hanya untuk, menuliskan kata-kata manfaat, nah di BBM ini buat saya menuliskan status-status nggak bermanfaat bin nggak penting.

Sementara IG atau Instagram ini kan ajang untuk menampilkan foto yang bisa dengan mudah terkontaminasi jadi ajang pamer ya... apalagi ada fitur IG Story, yang fungsinya mirip snapchat, menampilkan foto, video 24 jam terakhir dan ditampilkan 24 jam saja. Disini kita juga dengan mudahnya melaporkan sedikit-sedikit hal yang kita lakukan. Duh!

Namanya juga anak introvert (lagi-lagi kambing hitamkan 'gelar' introvert), jadi suka mikir sampe jedot-jedot. Kalau batin agak terusik, pasti ada yang beres sama diri sendiri. Agak upnormal (eh)
Namanya juga manusia biasa, meski bisa berpikir waras kayak gini, suatu saat kesambet dan terbuai godaan syetan yang terkutuk. Huft!

Beda sama blogging yang lebih privasi apalagi ku bikin anonymous kayak gini. Saya mah bebas-bebas aja karena bukan perkara yang pribadi banget yang ku share, dan istilahnya ini cuma 'sari pati' pengalamanku aja, nilai-nilai kehidupan dan nilai moral yang ku tuliskan di sini, bukan bener-bener diary abis yang nyeritain detail masalah kegalauan, kasmaran, dan mantan. Heh?? Yah pokoknya beda lah...

Jadi kalau aku baca-baca lagi status BBM...
Haduh kok mengandung lebay dan yang jelas NGGAK PENTING, yaaa...
Kemudian ketika kulihat-lihat IG...
Aku takut itu dipandang sebagai pamer, membanggakan dan yah sejenisnya lah...
Meski soal IG aku juga sebenarnya udah berusaha hati-hati dengan mengunci akunku, tidak menerima permintaan pertemanan laki-laki yang tidak berkepentingan dan sebenarnya IG bagiku kayak album digital bagiku. Aku memilihi jepretan terbaikku waktu aku mengunjungi suatu tempat , atau misal ya seperti biasa, aku trmasuk pecinta sajak-sajak indah, kata-kata pembangkit diri semacam kata mutiara dan ayat-ayat  Qur'an untuk muhasabah diri maupun mengingatkan teman yang lain. Tujuan utamanya sih untuk nasehati diri sendiri.
Jadi waktu aku lihat lagi instagramku itu kayak kelihatan runtutan, aku pernah begini, aku pernah kesini dan aku senang aja gitu lihatnya. Tapi karena media ini ada followernya ya kudu hati-hato juga. Memilah kata, foto dan menghindari kesan riya' atau pamer itu memang samar-samar.
Kita gak bisa benar-benar menelisik apakah dalam hati kita nggal ada kesombongan, kebanggaan diri meski hanya sebiji zarrah atau sebiji sawi yang kecil nya lebih kecil dari kerikil kecil.
Kata ustadzahku ya, kalau di ibaratin itu kayak kita mencari senut kecil hitam dibatu besar warna hitam di malam hari pula...
Nah looo.. puyeng nih mata.
Jadi ya, cara ampuh untuk terhindar dari hal-hal nggak penting dan kurang ada faedahnya bahkan rawan dosa, apakah harus aku menutup sosmedku? Tidak perlu aktif lagi? Karena mengontrol dan mengubah kebiasaan nggak semudah itu jika icon sosmed-sosmed itu langsung trpampang ketika kita buka hape?

Kita tahu kita harus menggunakan dengan bijaksana, tapi namanya manusia yang perasaannya lagi di awang-awang rasa senang dia kemudian memposting dan mengetik kata-kata yang mengatakan seolah-olah dia yang paling beruntung, dia hebat, dan hal-hal yang secara langsung atau nggak bikin orang lain iri.
Keberadaan sosmed memang menambah ke galauan manusia jaman kini bertambah. Melihat teman sukses, kitanya masih gini-gini aja GALAU. Lihat teman sekolah di luar negeri, kitanya naik pesawat aja nggak pernah, GALAU.  Lihat teman-teman udah pana nikah, punya anak, kitanya udah kelamaan jomblo... SEMAPUT.

Apalagi informasi yang bisa di dapat di sosmed sangat tidak terkendali dari sisi manapun. Kalau dikehidupan nyata kita paling cuma tahu kabar teman-teman yang masih pernah bertemu, sementara

1 komentar:

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Facebook

Slider Widget

5/recent/slider

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

Lepas Hijab, Patah hati dan Circle Pergaulan

Bismillah... Assalamualaikum...  Hanya selembar kain tapi bernilai marwah diri dan agama, terlihat sepele tapi bisa merubah banyak hal. Itul...

Cari Blog Ini

Tags

Categories

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Tea Time | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com