Selasa, 30 November 2021

Nikah Muda vs Nikah Tua, Nikah Cepat vs Nikah Terlambat

Bismillah...

Assalamualaikum...

cr : vector stock

Sebagai newbie usia kepala tiga dan masih single, generasi 90-an yang selalu membanggakan masa kecil yang original tak terkontaminasi kecanggihan teknologi, aku menyadari bahwa perubahan tradisi, pemikiran dan tren adalah keniscayaan, termasuk soal menikah. 


cr : jadiberita.com

Jaman orang tua kita, mendengar banyak orang yang melakukan pernikahan di usia belasan emang rada mindblowing ya... Kecil kecil kok kawin? Meski kalau aku lihat di sekitar, rumah tangga orang-orang jaman orang tuaku ini kebanyakan awet dan minim drama. 

Orang jaman dulu itu meski banyak juga aku dengar punya masalah rumah tangga yang lumayan berat, tapi ternyata bagi mereka sebuah perpisahan atau perceraian itu menjadi opsi yang paling jauh untuk di pilih. Meski pasangan sempat selingkuh, menelantarkan, berbuat kasar, tapi ujung-ujungnya bisa saling memaafkan, saling sadar, memperbaiki dan langgeng sampe sekarang udah jadi kakek nenek. 

Lalu di jamanku (anak 90 an atau generasi beberapa tahun diatas dan dibawahnya sedikit), aku pribadi dan yang aku lihat dari orang disekitarku kayaknya memandang bahwa pernikahan memang sebuah keniscayaan yang akan dilakukan tapi bukan sesuatu yang selalu tertancap di kepala, bukan goal prioritas banget meski mungkin masing-masing punya dream tentang itu, tapi hidup kala itu kayak punya timeline yang lumayan general gitu, kalau sekolah ya sekolah dulu, kuliah ya kuliah, terus kerja, baru nikah. Urusan nikah  dipikirin kurang lebih umur 25 tahun, setelah semua tentang bekal dan kesiapannya dirasa clear

Mayoritas orang jamanku berpikir dan menilai idealnya begitu. Meski ya tentu sebagian akan berbeda haluan karena jalan hidup orang berbeda-beda. 

Sementara jaman ini... 

Yang katanya jaman generasi Z atau lebih tepatnya sih menurutku generasi setelah sosmed terasa jadi kebutuhan pokok sehari-hari, semuanya jadi terasa berbeda di banding jamanku. Dari perintilan hal-hal kecil, perspektif hidup, etika, mata pencaharian, pemikiran, de el el pokoknya. Susah jelasinnya. 

(generasi Y atau yang lebih dikenal dengan generasi milenial adalah orang lahir pada tahun 1980-1995 *Aku termasuk dong yaaa...* generasi Z lahir pada tahun 1996-2015. Sumber : ekrut.com)

Februari tahun 2016 aku studi ke luar negeri (jalur bejo/beruntung aja ya, jangan mikir karna aku pinter ato kaya, hehe), saat itu usiaku dikit lagi umur 25 tahun tuh, tapi masih pegang piala single bertahan (ga mau dibilang jomblo karna single adalah pilihan, hoho) dan kala itu aku sebodo amat banget mengenai jodoh maupun pernikahan. 

Hampir 3 tahun di luar negeri aku balik dan melasnya, temen deket aku sebagian udah nikah, sebagian merantau, jadi aku ngumpul dengan circle baru, adik-adik gemes yang sebagian generasi Z yang usianya sebagian besar lebih muda dari aku 4 - 6 tahun. 

Kagetnya aku adalah ketika di berbagai kesempatan aku kumpul mereka, mereka ini udah galauin banget soal jodoh, padahal umur mereka masih muda banget menurutku untuk fokus soal itu, sementara aku yang lumayan jauh senior umurnya santuy aja kayak di pantuy walau kemana-mana sendirian menyandang status single lapuk. wkwkwk. 

"Jodohku dimana ya..." 

"Ya ampun kok jodohku belum keliatan hilalnya..."

Isi pembicaraan ciwi-ciwi umur 21-22 tahun soal menggalaukan pernikahan dan bahasan lainnya yang panjang kali lebar kali tinggi. 

Mencari hilal wkwk cr : vecteezy
Oalah dekkk... Kalau jodohmu belum keliatan hilalnya, apa aku kudu pake teropong menembus galaksi untuk melihat hilalku? *apaansih. 

Sementara aku diusia mereka masih menggalaukan judul skripsi. Ya nggak munafik ya, sempet ada pacaran tapi pas putus yaudah, nangis bombay dalam kebodohan beberapa sesaat tapi kemudian melanjutkan hidup lagi sambil menangisi skripsi yang serasa lebih hopeless kala itu. 

Intinya menikah bukan sesuatu hal yang kudu jadi pikiran dalam gitu loh jaman itu. Nongkrong sama temen meski ngomongin cowok ya paling yang standart-standart, selebihnya kita ngobrolin dosen atau nostalgia nggak jelas, jarang banget kepikir dalam soal pernikahan, nggak ada ilmu dan tendensi kesana juga sih karena merasa kesana masih nanti nanti. Bahkan hampir nggak ada kenalanku yang menikah sebelum kuliah selesai atau sebelum kerja, meski ada beberapa teman yang menikah karena memang mereka nggak lanjut kuliah dan langsung bekerja. Wajar sihh... Tapi itu dikit banget di kalanganku. Paling nggak yang cepet menikah itu yang habis lulus beberapa bulan terus menikah. 

Malahan di jaman itu ada stereotype kalau laki-laki itu susah berkomitmen di bawah 30 tahun dan beraninya cuma pacarin aja (ah... cemen lu), makanya saat itu juga banyak ustadz yang gencar menggaungkan tentang larangan pacaran. (Ada yang pernah denger? Apa aku doang?)

Nah, itu culture shockku pertama kali ketika ketemu gen Z sekitar tahun 2018 - 2019 an, dan semakin kesini beneran banyak banget orang (biasa) maupun public figure yang memutuskan nikah muda dan hingga sekarang aku mulai terbiasa nggak terkaget-kaget lagi. 

CUMA...

Karena banyak yang berani nikah muda, maka banyak pula sindiran untuk yang belum nikah dan terkesan masih takut-takut ato dicurigai nggak laku-laku. Dibilang nikah ketuaan, perawaan tua atau nikah terlambat. Salah satu korbannya ya GUE SENDIRI. 

Nah orang yang kayak aku dianggap jones padahal ya emang masih milih begini ini, nggak ngeles ya, karena aku bukan nggak laku, tapi lebih ke belum siap aja. Belum sreg gitu hatinya.  

Nah, bagi orang kayak aku, gimana sih memandang nikah muda? 

Karena banyak orang-orang yang udah nikah nyindirin orang yang nggak nikah-nikah. Apakah yang nggak nikah-nikah ini selfdefense dengan nyinyirin orang-orang yang nikah muda?

Kan banyak juga tuh orang-orang yang lelah disindir akhirnya nyerang balik orang-orang yang udah nikah. Balik serang dengan bilang "Nikah nggak jamin kebahagiaan, banyak yang nikah malah sengsara, berujung cerai." dll..

Itu mah persoalan obyektif yaaa....

Kalo aku... 

JUJUR... paling seneng liat orang nikah, apalagi orang terdekat aku, atau orang-orang yang aku ikuti kisah hidup / kisah cintanya.  

Bahkan aku adalah orang yang suka mendorong orang lain untuk cepet nikah, dalam kurung ()... orang tersebut emang udah ada calonnya atau orang-orang yang sedang pacaran. Bahkan saat lihat berita pernikahan artis Korea macam Song Joong Ki dan Song Hye Kyo pun(meski sekarang udah buyar), aku ikut girang meski aku bukan fans banget sama mereka.

Cuma, dengan mengcourage orang segera menikah, dan senang liat orang nikah bukan berarti aku juga ingin buru-buru menikah. Keinginan menikah memang ada, maksudnya yang berpikir aku harus nikah suatu hari nanti tapi ya aku kayak let it flow gitu lohh... pokoknya mau semua mengalir dengan alami aja gitu. 

Kalau orang lain ke kondangan, biasanya para tamu undangan yang single bakal ngebaper dan ngehalu kapan dirinya akan berdiri di pelaminan juga, kalau aku lebih ke ambisi mencoba semua jenis hidangannya bahkan nggak terlalu perhatian sama dekor, baju maupun riasan mantennya. Wkwkwk. Sumpe deh... rada foodholic

Karena soal jodoh, di otak aku sih yang tergambar adalah soal timing, takaran rejeki dari Allah dan ada jalan takdirnya.

Nikah Muda vs Nikah Tua

Aku nggak tahu sih patokan angkanya soal gimana orang bisa dianggap nikah muda atau nikah tua. Cuma, kalau cuma berdasar stereotype yang aku lihat di Indonesia, nikah muda itu yang usia 20 tahun kebawah atau 20 tahun awal. Kalau nikah tua ya yang 30 tahun ke atas. 

Nikah muda bagiku akan sangat menguntungkan dan bagus kalo mental udah siap, bekal sudah ada dan ilmu sudah punya. 

Aku pernah baca postingan yang mengatakan, "Dulu aku kira usia 20 tahun itu sudah dewasa, ternyata.... hahahaha."

Menurutku yang berkaca pada diriku sendiri, ternyata umur 20 tahunan itu belum dewasa banget. Belum bener-bener mateng. Ini kebanyakan ya... bukan menyamaratakan karena aku tahu nggak ada formula yang mutlak menjalani kehidupan, tapi kita ambil dominant sample. Karena banyak juga contoh usia 20 tahun udah sangat mature karena biasanya sudah menerpa banyak sekolah kehidupan atau punya orangtua yang sangat mengarahkan dan mengajarkan.  

Umur 20 tahunan itu kebanyakan masih cari jati diri. 

Kalau umur belasan tahun itu masih mengikuti alur umum dihidup (sekolah, ekskul, dll), umur 20 tahunan inilah mulai berproses menentukan arah dia melangkah untuk jangka panjang. Tapi prinsipnya masih suka berubah-ubah seiring dengan lingkungan yang dia lewati. 

Aku pribadi bukan tipe orang yang menargetkan kapan harus nikah. 

"Aku harus nikah sebelum umur 25!"

"Aku nikahnya pas setelah dapat kerja deh..."

Dan patokan manusia semacamnya yang tidak pernah terukir di otak karena soal ini aku lebih sering nggak punya clue aku harus bagaimana dan kapan harus nikah. WAKAKA.

Mungkin kalau aja dulu pas umur 22 tahun aku bucin sama orang dan kebetulan orangnya serius ya bisa aja aku nikah umur segitu. Aku memang bukan yang ngeri atau antibanget sama pernikahan muda, tapi kalau pernikahan itu cenderung seperti desakan dan paksaan, jadinya nightmare... 

"Cepetan nikah dong.... Aku kenalin ya..."

Sering terjadi, nggak ada angin nggak ada hujan ada aja orang pingin aku jodohin aku sama ini lah itu lah, disuruh ginilah disuruh ginilah ke cowok yang aku sendiri belum kenal. Pernikahan jadi kayak hal yang mengerikan dan penuh kegamblingan. Don't do that ke teman kalian kecuali kalau mereka memang minta dicariin calon. 

Dan kenyataannya, waktu terus berjalan, umur terus bertambah dan aku selalu masih sendiri lalu melihat temen-temenku mulai banyak yang nikah mulai umur 25 tahun, jujur saat itu aku nggak panik atau belum panik. Karena aku merasa pernikahan bukan perlombaan, siapa cepat dia menang. 

Sekarang dengan makin dewasa dan matangnya pemikiranku, suka berandai-andai, kalau aku benar bertemu seseorang yang benar serius ajak aku nikah umur 20 tahun awal dan aku mau, aku melihat diriku akan gimana ya? 

Sebenarnya semua juga tergantung banyak sekali faktor dan tidak ada keniscayaan. Yang nikah muda belum tentu begini, yang nikah telat juga belum tentu begitu. Sebenarnya di hidup itu nggak ada rumusannya, jadi ya jalani aja sesuai keyakinan.

Nah, keyakinan aku tentang pernikahan..

NIKAH MUDA 

Mungkin positifnya memang banyak tapi nggak memungkiri banyak juga kemungkinan adanya hal negatif. 

Positifnya (+) banyak juga sih menurutku ya... kita masih muda semuanya masih serba fit dan fresh, termasuk kondisi fisik. Jadi nikah  juga pas lagi cantik-cantiknya, pas lagi ganteng-gantengnya, kayak pacaran tapi udah halal. Udah gitu semua perjalanan hidup bisa diperjuangin dan dijalanin sama-sama sejak umur relatif muda, minim ngerasain kesepian. Nggak kayak aku yang merantau sendiri bertahun-tahun dalam keadaan jomblo. wkwkwk. Kalau punya anak cepat, enak nanti kitanya masih muda, anak udah gede. 

Mmm apalagi ya... mungkin banyak tapi kurang tahu, soalnya memang tidak ditakdirkan nikah muda, daripada sotoy jadi pikirin aja sendiri. Hahaha

Tapi mungkin hal positif itu bisa dirasakan saat pernikahan itu berjalan ideal, bukan berarti mulus-mulus aja, tapi ya stabil gitu, ada masalah bisa diselesaikan dengan baik.

Tapi Minusnya (-) atau kemungkinan buruknya menurut aku berdasar pengalaman orang lain yang aku amati adalah mungkin karena banyak orang yang memutuskan menikah muda hanya karena beberapa poin yang general tanpa menyadari ada banyaknya printilan pernikahan yang lain. Pikirannya belum sepenuhnya matang, jadi kurang realistis soal memandang kedepan. 

Hanya karena alasan 'menghindari zina' dan 'udah sayang/nyaman' lalu langsung memutuskan nikah. Salah? Nggak ada yang salah sih selama dua orang ini sadar kalau dalam pernikahan banyak ilmunya, perlu banget implementasi, dan butuh pengembangan diri. 

Aku lihat nih, dari semua umur, kebanyakan kalangan usia 20++ ini perasaan kasmarannya paling menggebu, tingkat bucinnya tinggi. Nah, yang kayak gini di dasari kebucinan akut, langsung nekat memutuskan menikah. Mungkin niatnya baik ya... Cuma  ada yang bilang kalau lebih baik kita menikah jangan pas lagi cinta-cintanya. (Ntah nih gimana caranya) Karena manusiawi kalau mansia akan saling melakukan salah dan saling bermasalah, takutnya kalau belum benar-benar mengenal baik buruk satu sama lain, maka pikirannya pendek dan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Beberapa kegalauan orang nikah muda di sekitarku adalah : Menyesali adanya momen-momen masa muda yang terlewat. Pengalaman dan keseruan yang belum lama atau belum sempat dirasakan, tahu-tahu harus disibukkan dengan kegiatan berumah tangga, lalu sedih melihat teman-teman masih berhaha-hihi diluar sana. Pingin kumpul sama teman tapi gabisa karena entah suaminya yang tidak mengijinkan ataupun suami mengijinkan tapi sudah punya anak yang otomatis susah ditinggal.  

Selain itu akibat dari mikir pendek soal nikah adalah memutuskan nikah karena sudah nyaman satu sama lain tapi secara materi belum mapan. Allah memang yang kasih rejeki. Tapi kalau kurang realistis bahwa kemampuan dan kebutuhan belum selaras, ya mungkin perlu dipikirkan lagi. Ini bukan perkara matrealistis ya. Karena ini bukan persoalan gaya hidup, untuk berlebih-lebihan tapi butuh realistis bahkan rumah tangga butuh nafkah yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. 

Ini bukan karena aku mau nyinyir sama orang nikah muda loh. Karena dulu aku memandang nikah muda bagi yang menjalani dengan orang yang dia cinta ya beruntung dan mereka pasti happy happy aja, tapi nyatanya banyak curhatan macam ini dari teman-teman yang nikah muda ke aku. 

Jadi sebelum nikah muda kalian harus pikirin dan terima resiko. Kalau memang kalian siap dengan plus minus yang mungkin terjadi kalau kalian nikah muda ya why not... nikah muda mah sah-sah aja dan baik juga menurutku.   

Menikahkan dibayangan banyak orang itu yang terpikir soal indah-indahnya ya... sementara gejolak di dalamnya banyak banget (maaf terkesan sotoy padahal belum nikah, wkwk)

Jadi menurutku, nikah muda itu baik banget tapi kudu dilandasi keinginan belajar yang besar. Belajar soal rumah tangga, soal agama, soal manajemen emosi mengingat biasanya yang muda lebih labil (bukan berarti yang tua lebih bijak, tapi umumnya anak muda begitu). Karena kalau menjalankan nikah muda banyak juga yang perlu di korbankan dan dipikirkan. Teman-teman seusia masih mikirin sekolah dan main, yang nikah kan beda banget ya...

Banyak kisah nikah muda yang jadi inspirasi dan referensi (kalian bisa cari lah ya) tapi banyak juga kisah nikah muda yang terlalu cepat kandas dan sangat disayangkan karena kurangnya bekal ini itu dan mengambil keputusan secara kurang masak (?) sehingga menghasilkan penyesalan yang panjang. Contoh, punya anak tapi  harus cerai, karena kurang dewasa salah satu pihak kurang bisa bertanggung jawab, akibatnya rusak hubungan ke anak, keluarga dll.

Yang berniat nikah muda memang baiknya di telaah lagi ya.. Ingin nikah muda karena apa? Karena emang udah cinta, udah nyaman, menghindari zina, atau memang untuk ibadah? Apa udah tahu prinsip masing-masing soal pernikahan ini mau dibawa kemana? Dan takutnya juga nih banyak yang ikutan cepet nikah karena euforia, ngelihat orang lain kayaknya kok enak nikah muda, eh akhirnya ikutan tanpa menakar kemampuan diri. 

NIKAH TUA (?) (nikah terlambat, nikah santuy, telat nikah ato apapun itu, wkwk)

Nikah tua memang dinilai banyak pihak kurang ideal dibanding nikah muda, dari berbagai aspek lah ya, serta dicibir, disindir dan dikepoin dari berbagai pihak. wkwkwk. 

Nasib tinggal di negara KEPOlauan  (kepulauan) dan MARRYtime (maritim).

Ya kita kudu berbesar hati menerima bahwa perkataan mereka ada benernya, contohnya soal menikah adalah ibadah dan soal biological clock bagi perempuan. Tapi memang ada nggak tepatnya juga apalagi kalau menikah dijadikan ajang menang-menangan, dulu-duluan dan menggeneralisir semua orang harus punya timeline hidup yang sama. 

Misal ibaratnya nih anak bayi, biasanya bayi punya usia umum saat akhirnya dia bisa duduk, bicara jalan dll, dan banyak orangtua yang panik manakala anaknya mengalamOrangi sedikit keterlambatan padahal pada akhirnya dia juga akan jalan dan bicara di kemudian hari lalu tumbuh jadi orang yang normal seperti yang lain. 

Kekhawatiran mungkin ada, tapi jangan terlalu jadi pacuan untuk barometer perkembangan yang wajar apalagi jadi tolak ukur sampai masa depan. "Wah anak ini udah 2 tahun gak bisa ngomong, anak tetangga umur 1 tahun uda bisa. Ntar gedenya pasti introvert gak bisa public speaking." wkwkwk... ya gak gitu juga kan ya...

Orang yang nanti-nanti soal pernikahan pun sebenarnya didasari alasan yang bermacam-macam, yang disengaja maupun nggak. Ada yang memang karena menunggu sesuatu yang tidak pasti, ada yang memang masih ingin sendiri. 

Mau nggak mau, suka nggak suka itu semua nggak bisa dipaksakan. 

Mau tanya "Kapan nikah? Cepet lah nikah!" tidak menyelesaikan apapun. 

Untuk yang jodohnya belum datang padahal dia sudah berharap nikah, kalau orang sekitarnya maksa  nanya 'kapan nikah' ya aneh, emangnya dia kudu random ambil cowok buat bersanding di pelaminan?

Terus kalau yang belum mau, kalau dipaksa nikah juga kalau terjadi yang nggak-nggak dalam rumah tangganya repot juga kan?

Orang di sekitarnya hanya bisa mendoakan dan memberi pengertian yang baik, sugesti yang baik tentang pernikahan, atau kalau bisa kasih modal buat nikah. hahaha

Kenapa nih orang-orang ada yang betah sendiri padahal katanya berdua lebih baik? 

1. Mental belum siap. Menurutku ini akar utama orang-orang yang dengan sengaja masih mengundur-undur(?) keputusan soal menikah. Karena emang sebenarnya umur bukan tolak ukur kekuatan maupun kesiapan mental ya. Walau sama sekali tidak menafikan bahwa nikah itu ada indah-indahnya tapi  orang yang belum siap mental ini mungkin yang kepikir malah soal akan banyaknya drama dalam pernikahan yang butuh adrenalin tinggi mengingat menikah itu menyatukan dua karakter yang nggak cukup modal cinta, butuh sifat sabar, mengalah, pengertian dan lapang dada untuk bertahan. Memutuskan menikah dengan siapa dan seperti apa orangnya adalah perkara penting, karena bersama orang itu kita akan menghabiskan waktu (yang semua mengharapkan) sampai akhir hidup, kalau belum ada keyakinan yang terbentuk dan tidak ada yang meyakinkan, mengumpulkan mental untuk itu susah sungguh susah. 

2. Merasa belum pantas. Pingin nikah tapi overthinking, ya mungkin ada kaitannya sama belum siap mental ya... Ngerasa "Aduh...aku kalau jadi istri/suami bisa nggak ya begini begitu." Takut belum bisa 'mengemban tugas' sebagai pasangan hidup seseorang dengan baik dan ini sebenarnya salah satu bentuk tahu diri dan tanggung jawab, tapi emang akhirnya bikin nyali untuk menikah jadi maju mundur. Merasa umur cukup tapi nggak pede bisa menjalankan status baru dengan beban dan tanggung jawab yang baru bahkan merubah sebagian besar hidup.  

3. Parno. Ini juga berkaitan erat sama mental yang terbentuk tergantung sepak terjang seseorang sih. Mungkin karena ke trigger dengan lingkungan sekitar, banyak cerita tentang pernikahan yang buruk sehingga membuat ketakutan sendiri akan hal yang sebenarnya belum tentu terjadi. Atau bisa jadi dirinya sendiri yang mengalami trauma saat menjalani hubungan. 

Dan juga memang ada orang yang luwes dengan hubungan asmara, tapi ada yang nggak. Ada yang merasa nyaman saat ada cem-ceman(?) dihidupnya, ada yang nyaman ketika sendiri bahkan menganggap kisah cinta bisa mengganggu konsentrasinya. Jadi meskipun dia tahu dia harus menikah tapi ada ketakutan menjalankan pernikahan masih menghalangi.

Bahkan ada yang belum nikah dengan alasan "Belum jatuh cinta."

Dan lain-lain ya... capek kan kalau semua ditulis dan dibaca disini.   

Intinya sih ada ketakutan.

Solusi dari semua ini? 

Bertemu dengan orang yang tepat.

Orang yang bikin yakin bahwa pernikahan itu tidak sehorror yang dipikirkan .. meski pasti ada keriweuhan tapi masih bisa dalam kendali lah. 

Dan cara bertemu orang yang tepat? Berdoa atau (ditakdirkan)Beruntung. (Meski yang dianggap keberuntungan itu juga bisa jadi ujian ya)

Selain itu orang seperti ini sangat tidak butuh pertanyaan kapan nikah, pikirannya bisa ke switch menganggap bahwa pernikahan adalah sebuah desakan yang menakutkan. Dia tahu kok dia harus nikah, toh kalau dia nikah belum tentu juga situ diundang ngapain tanya tanya?

Tanya kapan nikah itu yang udah pacaran ya (itupun yang belum punya modal juga susah sih), tapi maaf tiba-tiba memention ini, bagaimanapun menurutku aneh sih kalau nggak mau nikah tapi pacaran, apalagi yang tahunan. Istilahnya kayak kamu takut  beli tiket lalu naik kapal karena takut tenggelam, tapi kamu malah nyerobot jadi penumpang gelap dan duduk di pagar pembatas kapal yang lebih beresiko.


Kesimpulannya sebenarnya nggak ada yang pasti di dunia ini, nikah muda belum tentu begini, nikah tua juga belum tentu begitu. Apalagi pernikahan kan dibawa dan dijalankan oleh dua pribadi ya, jadi memang susah kebaca apa yang akan terjadi di kemudian hari. 

Yang pasti nikah itu ada ilmunya dan ada timingnya. Kapanpun waktunya asal ada kematangan berpikir dan keinginan menyelami ilmu menurutku bakal aman-aman aja. Kesiapan dalam berbagai aspek yang berhubungan soal pernikahan itu cukup penting bagiku. Bahkan aku harap kedepannya orang-orang akan  diakrabkan dengan sekolah pranikah (untuk masing-masing agama), harapannya ya meminimalisir kemungkinan buruk yang terjadi dalam rumah tangga karena menurutku sebagai muslim, mengetahui kewajiban dan hak masing-masing sebagai suami dan istri sebagaimana di ajarkan di agama Islam itu bakal berpengaruh besar dalam keberlangsungan kehidupan pernikahan. (bukan sotoy ya tapi sering mengamati)


Sekian ngocehnya, dan DISCLAIMER ini semua hanya tulisan untuk menuangkan pikiran pribadi, sebenarnya ini blog juga bukan buat disebar-sebarin tapi kalau kebaca yaudah gapapa juga. Dan ini bukan sebuah teori ataupun pernyataan yang harus dipercaya. Kalau ada yang setuju Alhamdulillah, kalau ada yang bertentangan ya mohon maaf kita memang beda orang, beda kepala sehingga bisa saja berbeda pendapat. 


Sekian dan terima kasih. 


Wassalam.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Facebook

Slider Widget

5/recent/slider

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

Lepas Hijab, Patah hati dan Circle Pergaulan

Bismillah... Assalamualaikum...  Hanya selembar kain tapi bernilai marwah diri dan agama, terlihat sepele tapi bisa merubah banyak hal. Itul...

Cari Blog Ini

Tags

Categories

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Tea Time | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com