Jumat, 05 Agustus 2022

Antara Public Figure, Haters, Sanjungan dan Hujatan

Assalamualaikum...

Bismillah...

Kalian ngerasa nggak sih beban pikiran kita lumayan bertambah sejak jaman semakin maju dan teknologi semakin canggih? 

Kayaknya semuaaaaa gitu bisa kita pantengin dan bisa kita cari tahu hanya dari benda kecil bernama smartphone. Perkembangan dunia entertainment, bisnis dll juga berkembang pesat disini, semua terasa sangat mudah tapi juga semua masalah juga banyak yang berasal dari sini.

Jaman dulu, kalau kita mau lihat artis favorit kita cuma bisa lewat TV atau majalah. Ngelihat berita negara maupun dunia juga cuma bisa dari TV, Radio atau surat kabar. Nggak suka dengan apa yang tersaji ya cuma bisa ngedumel-ngedumel sendiri. Benci sama artis ataupun berita ya cuma bisa ganti channel sambil nggerundel, "Ih Jijay!" Atau paling nggak ya ngegibah sama tetangga atau teman di kanan kiri aja "Eh, tahu nggak sih artis X, mau cerai, emang lah tuh mukanya emang playboy." 

Thats all... kegabutan jaman old.

Sebagian kita nggak tahu cara reach out sang public figure dan hanya mengagumi maupun membenci dari jauh. Kalaupun ada fans terniat, mereka adalah yang tergabung dalam sebuah fans club yang rela mengirimkan kado dan surat pada alamat yang mungkin bisa di ketahui, tanpa tahu apakah kado dan surat itu bakal di pake dan di baca sama di artis pokoknya mah cinta.

Jadi public figure atau seleb atau artis kemungkinannya dari dulu ya itu itu aja. Punya fans dan haters. 

Sudah hal wajar ya, karena sekelas manusia paling mulia yang nggak punya aib seperti Nabi Muhammad SAW aja ada pembencinya, apalagi manusia akhir jaman seperti sekarang yang kelakuannya ya khas akhir jaman ya. Serba kadang-kadang. 

Perkara dunia perseleban memang terkadang terkesan berlebihan. Entah itu di dalam atau luar negeri, sekarang yang ngefans keblinger yang ngehate nggak kalah edan juga. 

Cuma semua itu makin menjadi-jadi setelah teknologi berkembang pesat dan semuanya bisa di akses seperti sekarang. 

Mengakses kehidupan orang lain dan menyebarkan informasi tentang kehidupan kita tinggal modal jari (dan kuota) jadi menelan jutaan omongan orang yang antah-berantah udah bisa sekali lirik dan jadi makanan sehari-hari   

Hanya dengan melihat dalam layar hengpon kentang maupun hengpon sultan, orang kadang merasa  sudah mengetahui isi dunia ini dan merasa mempunyai hak untuk melakukan segalanya bahkan tidak banyak batasan untuk berkata apapun. 

Banyak orang mendadak seperti juri kehidupan, menilai begini begitu. Menjudge begini begitu. Sebenarnya hal seperti itu bisa wajar juga, karena kadang orang yang meng-share atau memposting pun kurang pertimbangan tentang dampak apa yang akan terjadi jika dia membagikan postingan yang mungkin bisa dilihat oleh berbagai kalangan. 

Sebenernya manusiawi sih kita nggak suka sama orang. Hak masing-masing dan sah-sah aja entah itu dengan alasan yang rasional atau nggak. Misal nggak suka karena dia terlalu tamvan. wkwk

Akupun sama, karena aku tipe manusia seperti ini maka biasanya aku nggak suka manusia yang begitu, maka ada aja perasaan perasaan seperti : ingin menasehati bahkan pingin ngegas. Kalau perasaan ingin menghina? Jujur ada, karena aku manusia biasa yang hatinya masih ada unsur darknya, walau begitu diusahakan dalam batin saja lalu cepat-cepat beristighfar.  

Berikut poin-poin yang kita temukan di postingan public figure kecuali iklan pelangsing dan iklan netflix :


1. Di marahi karena pakaian seksi atau pose mesra

Ini sering ya... dan apa jawaban mereka "Ini akun saya, my account my rule, nggak suka tinggal unfollow." 

Bener nggak? Ya bener sih, nggak suka sama postingan dan gaya orang ya nggak usah follow, ngapain kita capek-capek lihat postingan yang bikin kita eneg terus merong-merong? 

Cuma... kalau mau lihat sisi lain maksud dari netizen yang mengomentari hal ini, mungkin saja si neti emang nggak follow, tapi nemuin postingan si artis dari explore IG ataupun nggak sengaja lihat berita lalu mampir saking tercengangnya lihat foto itu. Karena nggak harus follow untuk KELIHAT postingan orang. (apalagi berita sekarang mah tinggal comat comot postingan akun artis), lalu ia meninggalkan komentar itu untuk menyadarkan si artis bahwa apa yang dia posting itu nggak baik dan mungkin menimbulkan dampak misal : dilihat anak kecil, ditiru anak umur nanggung (abege setengah jadi), laki-laki yang pikirannya jorok. 

Mungkin dia adalah seorang ibu atau istri yang membayangkan bagaimana kalau anak dan suaminya melihat hal tersebut. 

2. Mampir cuma mau ngomentari fisik

Menurut stereotype umum, orang itu kan jadi artis karena cakep, tapi banyak juga kan yang jadi artis bukan karena tampangnya? Mungkin dia ada bakat lain entah akting, komedi, entah movement atau karyanya yang booming dan dia jadi influencer terkenal, dll

Dan banyak yang mukanya ya biasa aja gitu standar rakyat biasa kayak aku, bukan orang-orang glow up atau keturunan bibit unggul di bidang muka ya istilahnya -_-

Tapi kok ya masih pada primitif ngomentarin fisik orang? Emangnya mukanya yang berkarya? Mukanya yang ngeluarin ide brilian? Cantik ganteng 'NO karya' juga paling kalian nyinyirin juga. 


3. Jadi kompor masalah pribadi 

Ga munafik sih, karena aku juga main sosmed, mau ga mau jadi tahu sedikit banyak soal permasalahan penting dan ga penting yang bersliweran di sosmed termasuk masalah pribadi artis yg selalu jd bahan segar media infotainmet dan netizen sang komentator handal dimana aku juga terperosok kebodohan  kadang gatal pingin komentar.

Meski kita berdalih ada kesempatan maupun hak berargumen karena si publik figure membuat postingan dan konten, kemudian kolom komentar tersedia terpampang nyata, tapi kalau saja semua netizen cukup pintar dan bijak untuk tidak memperpanas keadaan dengan saling berargumen mana yang benar dan mana yang salah, lalu membicarakan si pemilik postingan di postingannya sendiri sehingga terbaca hal-hal yang diucapkan gamblang, vulgar bahkan  julid nyinyir jahat level 100, sehingga  manusiawi tersulut emosinya, bahkan ketika ada beberapa orang di dalamnya maka akan memicu saling klarifikasi dan saling menuding, lalu rusaklah hubungan mereka. Kuamati banyak loh hubungan teman, hubungan keluarga bisa hancur gara-gara hasutan netizen. 

Bisa bayangin gak sih betapa setannya para komentator dan netizen? Karena dalam Islam pun disebut, setan itu berupa jin dan manusia, bukan hanya yang ghoib. Tapi manusia menyebabkan ke mudhorotan itu ya setan juga sebenarnya. 

Padahal selama permasalahan itu tidak terlalu merugikan publik sebenarnya keributan macam itu  mudah teredam dan tenggelam sendiri. Netizen nggak perlu repot-repot mikirin masalah orang lain mendadak berdandan ala mediator paling handal. 

Sebenernya aku itu udah punya rem dalam diri untuk nggak terlalu mengkonklusikan orang hitam putih, kalaupun gatal ingin komentar hindari kata-kata yang judgemental atau menghakimi. Ya aku sendiri pernah keperosok ya hehe... gara-gara saking nyebelinnya dan saking seringnya lewat beranda, kesel juga dan akhirnya jari tak kuasa menahan ketikan lalu sedikit ngegas. Meski sebenernya aku lebih sering ngegasin komen netizen yang sok keras sih. 

Tapi lambat laun aku tersadar bahwa aku bisa menyesali kata-kataku ketika orang itu berhasil memperbaiki dirinya. Meskipun ada kemungkinan tipis dia akhirnya tersadar karena hujatan dan kritikan tajam, mending kita nasehatinya dengan cara yang baik karena aku sendiri merasakan kalau kalimat itu sungguh tajam. Kamu di hina satu orang aja kepikirannya bisa berhari-hari, sakitnya bahkan bisa keinget selamanya. Apalagi kalau di keroyok. 

Nasehati itu boleeeehhh banget sih menurut aku. Tapi dalam Islam etikanya adalah face to face, karena kalau nasehati di depan orang banyak itu berarti mempermalukan. Wicis mengekritik orang dengan konten tiktok, IG atau di kolom komentar kan juga melahirkan ghibahan lebih banyak lagi. Caranya ya DM aja lah... kalau mau banget datangin rumahnya duduk berdua menasehatin dan dianya mau ya monggo juga. 

***

Tapi kalau sekalinya di sanjung-sanjung... 

Udah, the champion banget dah. Mau apapun alasan kamu di sanjung, ntah karena sekedar viral karena ke good lookingan atau eksistensi yang menarik publik entah konotasi baik atau buruk, kamu bakal dapet rejeki nomplok. 

Intinya, cari perhatian yang banyak publik = uang. Di jaman sekarang. 

Dunia keartisan atau public figure sudah nggak sesusah jaman dulu yang harus mulai dari figuran dulu, audisi muter kesana kemari, jadi cover majalah, harus punya suara bagus, akting bagus atau skill ke artisan lainnya. Jadinya sekarang banyak sajian yang makin awur-awuran di media kita. Lihat saja acara TV nya, banyak tamu undangan yang yaaa....

Tapi bukannya nyinyir atau iri. Akui saja kalau kenyataannya jaman sekarang itu pokoknya viral entah perkara skill maupun kontroversi yang buruk, selama kamu bisa menarik atensi banyak publik. Semua brand menghampirimu... nggak peduli imejmu, nggak peduli jalan tenarmu, yang penting sosmedmu dilihat banyak orang, beritamu menarik komentar orang entah itu baik buruk. THAT's ALL

Beda banget sama dunia keartisan Korea dan Jepang. Dimana kalau artis kedapatan ada kasus dikit  aja, mereka pasti hengkang, dan bisa bertahun-tahun, kalaupun balik tak bisa bersinar lagi bahkan banyak yang hilang selamanya. 

Di Indonesia. Kalau kontroversi dan kasusmu menarik banyak orang, kalian akan mendapatkan keuntungan banyak juga. Di undang TV, Youtuber bahkan digandeng brand-brand. Wow! Luar biasa !

Masalah benar atau salahnya hal diatas, tergantung kamu mau sudut pandang seperti apa. Kalau secara negara ya mungkin sah-sah aja, cuma kalau terlalu pamer harta ati-ati diincer pajak wkwk. Kalau mau sudut agama ya tanya pada ustadz. 

Tapi sebaliknya, kalau aku boleh saran juga sama public figure yang nggak mungkin banget baca blog ini... 

Namanya PUBLIC FIGURE dimana artinya itu figur masyarakat. Kalian sudah tahu dong pekerjaan kalian ini berkaitan erat dan tak bisa dipisahkan dengan perkara hal-hal yang PASTI bakalan dilihat, ditonton dan berpotensi ditiru, dicontoh dan menginspirasi jutaan mata orang. 

PLEASE BANGET... Bijaklah sebelum membuat sesuatu yang kalian labeli karya atau konten ini. Apa dampak baik buruknya bagi orang lain. Udah pada dewasa tahu dong mana yang baik dan buruk. 

Kalaupun kalian punya keburukan ya sama aku juga punya banyak, tapi nggak perlu hal itu yang sengaja dijadi kan bahan dibungkus jadi tontonan yang berpotensi ditiru atau disebarluaskan , kesannya mengharapkan pengakuan dan normalisasi atas hal-hal negatif, dan aku merasa banyak yang berhasil!

Berkedok APA ADANYA. Gak bisa gitu sih. 

Kalian bertanggung jawab sama apa yang kalian sajikan ke masyarakat ato netizen. 

Tapi kalau nggak tahu konsepnya dosa jariyah. Ya sudah, kita tidak sefrekuensi. Dan end game.

Karena kalau di Islam (bawa bawa agama terus karena emang agamaku Islam ya...) 

Ada orang-orang yang berbuat buruk terinspirasi karena dirimu maka kamu bisa menanggung dosa mereka juga. Jutaan orang meniru kelakuanmu yang buruk ya kamu dapet juga dosanya kayak bisnis MLM gitu dehh... Kalau nggak percaya hal demikian ya do what you like, up to you alias sakarepmu..

***

Sekian... mohon maaf kalau ada yang tidak nyaman di baca. Semoga ada manfaatnya, kalau tidak ada manfaatnya maafkan lagi karena sudah membuang waktu anda membaca sampai sini. 

Wassalam !






0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Facebook

Slider Widget

5/recent/slider

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

Lepas Hijab, Patah hati dan Circle Pergaulan

Bismillah... Assalamualaikum...  Hanya selembar kain tapi bernilai marwah diri dan agama, terlihat sepele tapi bisa merubah banyak hal. Itul...

Cari Blog Ini

Tags

Categories

Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Tea Time | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com